Politik

Klarifikasi Waketum PPP: KH Maimun Zubair Doakan Jokowi, Bukan Pak Prabowo

kh maimun zubair, mbah moen, doa mbah moen, doa prabowo, arwani thomafi, waketum ppp, sarang berdzikir, presiden jokowi, doa untuk prabowo, nusantaranews
KH Maimun Zubair berdoa di samping Presiden Jokowi dalam acara Sarang Berdzikir untuk Indonesia Maju yang dihadiri Presiden Jokowi pada Jumat (1/2) kemarin. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Waketum PPP, Arwani Thomafi mengomentari penyebaran video doa KH Maimun Zubair dalam acara Sarang Berdzikir untuk Indonesia Maju yang dihadiri Presiden Jokowi pada Jumat (1/2) kemarin.

“Saya yang hadir secara langsung dalam acara tersebut perlu sampaikan agar sesuai konteks dan tidak menimbulkan kegaduhan di publik,” katanya, Jakarta, Sabtu (2/1/2019).

Dalam video tersebut, petikan doa Mbah Moen terselip nama Prabowo, tepatnya terekam pada menit ke 3 lewat 40 detik. Total durasi video yang viral itu 6 menit 37 detik.

“Saat ini beredar di publik dua video Mbah Moen berdoa. Dua video tersebut harus dilihat secara utuh, tidak bisa dibaca hanya satu video saja. Di video pertama yang di-framing sebagai doa untuk Pak Prabowo semestinya dilihat secara utuh,” ujar Arwani.

Pria yang akrab disapa Gus Aang menyebut Mbah Moen mengucapkan ‘hadza rois (presiden ini) dan mendoakan untuk menjadi presiden kedua kalinya (marrah tsaniyah).

Baca Juga:  Jelang Pemilu, Elemen Kecamatan Sambit Gelar Doa' Bersama

“Jelas di sini siapa yang dimaksud menjadi presiden kedua kalinya, tentu merujuk Pak Jokowi. Beliau saat ini menjadi presiden di periode pertama. Kecuali doanya ‘menjadi capres kedua kali’, itu tentu ditujukan ke Pak Prabowo,” jelasnya.

Video kedua, lanjut Gus Aang, Mbah Moen menegaskan doanya ditujukan untuk Jokowi. “….. Hadza Pak Prabowo La Pak Prabowo Innama Pak Jokowi, Joko Widodo,” ucapnya menirukan doa Mbah Moen.

“Ini juga menjadi jelas, bahwa doa yang tadi itu yang isinya mendoakan agar jadi presiden kedua kali itu untuk Jokowi bahkan ditegaskan dua kali dengan menyebut Jokowi dan Joko widodo,” sambung dia.

Gus Aang menambahkan, kebiasaan mencomot dan mem-framing video sesuai kehendak dan selera politik tentu keluar dari etika. “Sebaiknya, kebiasaan tersebut dihentikan karena jauh dari tata krama berpolitik yang sejuk,” pungkasnya.

Pewarta: Banyu Asqalani
Editor: Almeiji Santoso

Related Posts

1 of 3,082