Gaya HidupLintas NusaRubrika

Kisah Sedih Seorang Kakek Yang Hidup Sebatang Kara di Sebuah Gubuk Derita

Kisah seorang kakek yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk derita.
Kisah sedih seorang kakek yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk derita.

NUSANTARANEWS.CO, Aceh Selatan – Kisah sedih seorang kakek yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk derita. Sebagai jurnalis, saya merasa iba dan tersentuh oleh kehidupan sang kakek yang sudah renta, usianya pun mulai senja, dan hidupnya sebatang kara.

Abah Ali namanya, begitu warga sekitar memanggilnya. Kakek berusia 72 tahun tersebut tinggal di gubuk nestapa berukuran 2×2 meter tak jauh dari bantaran sungai Kluet Raya. Tepatnya beralamat di Desa Indra Damai, Kecamatan Kluet Selatan, Kabupaten Aceh Selatan.

Sehari-hari, aktivitas Abah Ali adalah berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sepetak kebunnya tersebut dikelilingi oleh semak belukar dan ditumbuhi beberapa pohon sawit yang katanya adalah milik warga sekitar.

Abah Ali sengaja membangun gubuk mininya  di tengah-tengah perkebunan agar tidak menyusahkan anak-anaknya. Abah Ali memilih tinggal di gubuk perkebunan tersebut sejak istri tercintanya meninggal dunia.

Saat ditemui pada Sabtu (23/5) siang lalu, Abah terlihat sedang tertidur pulas beralaskan beberapa helai sarung. Posisinya menyamping sambil memeluk kardus lusuh.

Pintu gubuknya dibiarkan terbuka. Tubuh kurusnya dapat telihat jelas dari jalan berlumpur yang berada di pinggir kampung tersebut.

Baca Juga:  RSUD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Buka Depo Farmasi Rawat Jalan 2: Meningkatkan Pelayanan dan Kemudahan Bagi Pasien

Ketika dipanggil, Abah Ali terlihat berusaha untuk bangun dengan perlahan mengangkat tubuh rentanya, dan pandangannya matanya seperti sudah sedikit kabur karena faktor usia.

“Siapa ya,” katanya sambil berusaha memfokuskan pandangan ke arah pintu.

Setelah sadar dari tidurnya, ternyata ada beberapa orang yang menghampiri gubuk mininya.

Abah Ali langsung bangkit. Dirinya pun langsung bersemangat melihat ada yang datang ke gubuknya.

Abah bercerita bahwa ia sangat ingin mempunyai rumah yang layak untuk ditempati. Namun belum ada bantuan yang datang untuknya.

Ketika kami bertamu, terlihat bangunan gubuk mininya sangat sederhana, sekedar tempat untuk berteduh seadanya. Itupun hanya berjarak beberapa meter dari kandang kambing.

“Maaf ya Nak, Abah tak pakai baju karena di sini panas sekali pada siang hari. Jadi, kita duduknya di luar saja ya,” ujar Abah Ali.

Tubuh kurusnya terlihat lemas. Abah mengeluh tatkala semua bagian badannya terasa pegal.

Sambil memegang kaki dan bagian punggung, Abah seperti memperlihatkan beberapa bagian badannya yang sakit.

Abah Ali maupun keluarganya selama ini tak tersentuh bantuan sosial maupun pemberian beras miskin dari pemerintah.

Baca Juga:  Ketua DPRD Nunukan Jelaskan Manfaat Sumur Bor

Mereka mengatakan sangat berharap mendapatkan bantuan tersebut karena sudah mendengar dari para tetangga dan warga.

“Kabarnya malah orang yang tidak berhak mendapatkan bantuan, kata Abah, Sementara kehidupan kami yang serba susah seperti ini, tidak mendapatkan apa pun dari pemerintah setempat. Kecuali para dermawan yang baik hati, tuturnya pula.

“Kami tidak masuk dalam daftar penerima bantuan itu, Nak.” kata Abah Ali.

Pewarta berharap, ada dermawan yang terketuk hatinya untuk menolong Abah Ali. Memang seharusnya, kriteria seperti Abah Ali lah yang layak mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat.

Abah juga sangat beerterima kasih atas jasa beberapa dermawan yang telah sempat datang ke gubuknya.

“Mereka ada yang memberi beras, uang untuk berobat, dan makanan lainnya. Seperti yang kalian antarkan pada hari ini,” ujar Abah sembari memegang bingkisan tribako (tiga bahan pokok) beras, gula, dan minyak goreng yang kami antarkan padanya hari ini.

Ya, Abah Ali menjadi salah satu penerima donasi yang disalurkan oleh Ikatan Mahasiswa Sunan Kalijaga (Ikasuka Jogjakarta) yang disalurkan melalui Forum Ukhuwah Aceh Selatan (FUAS) yang berada di Aceh Selatan, tepatnya di Kecamatan Kluet Selatan pada Sabtu (23/5).

Baca Juga:  Bagai Penculik Profesional, Sekelompok Oknum Polairud Bali Minta Tebusan 90 Juta

Sebagai distributor untuk kebahagiaan para dhuafa, anak yatim, dan fakir miskin pada hari ini. Kami juga bangga bisa mengantakan beberapa paket titipan donatur untuk mereka yang sangat layak dibantu dan membutuhkan uluran tangan kita semua.

Ada beragam cara berbagi kebaikan kepada orang yang membutuhkan. Salah satunya, kita juga merasakan apa yang mereka rasakan. Begitu juga sebaliknya. Bersinergi untuk kebaikan.

Ikasuka dan FUAS tiba dengan membawa secercah senyuman dan harapan buat mereka meskipun dengan cara sederhana, yakni memberikan paket tribako (beras, gula dan minyak goreng).

Meskipun sederhana, tapi semua penerima bantuan tribako tersebut sangat berbahagia dan antusias menerima paket yang kami berikan.

Alhamdulillah. Singkat cerita, kami juga menyelipkan masker dan brosur cegah Covid. Kami juga mensosialisasikan bahaya penyebaran Covid-19.

Kami juga tidak lupa menyarankan kepada para penerima sembako untuk selalu menggunakan masker jika berpergian keluar rumah agar terjaga kondisi kesehatan selama bepergian. (ed. Banyu)

Pewarta: Riri Isthafa Najmi FAMe

Related Posts

1 of 3,049