PeristiwaRubrika

Kilas Balik 20 Agustus: Pertempuran Yarmuk, Saksi Kehebatan Taktik Militer Khalid bin Walid

pertempuran yarmuk, lembah yarmuk, bizantium, penaklukkan bizantium, khalid bin walid, ubaydah ibn al jarrah, ahli militer, ahli strategi, jenderal khalid, nusantaranews
Lembah Yarmuk. (wacana.co)

NUSANTARANEWS.CO – Pertempuran Yarmuk (Battle of Hieromyax) adalah perang yang paling gemilang dan penting dalam sejarah dunia. Perang ini melibatkan muslim Arab melawan Kekaisaran Romawi Timur (Kekaisaran Bizantium).

Dalam pertempuran ini, pasukan muslim Arab dipimpin oleh Khalid bin Walid dan Abu Ubaydah ibn Al-Jarrah. Sedangan pasukan Kekaisaran Bizantium di bawah komando Theodorus Trithyrius dan Mahan dari Armenia.

Pertempuran Yarmuk meletus pada 20 Agustus 636 masehi. Tepat empat tahun setelah Nabi Muhammad Saw meninggal dunia. Nabi Muhammad sendiri diketahui wafat pada 8 Juni 632 masehi.

Pertempuran Yarmuk merupakan pukulan telak Kaisar Heraklius. Sebab, perang ini menjadi kejatuhan besar kekuatan Bizantium sejak invasi dimulai pada tahun 634 masehi.

Sebelum melakukan penyerangan, pasukan muslim Arab mempelajari betul-betul garis pertahanan Bizantium. Khalid bin Walid kemudian menempatkan sekitar 25.000 pasukannya di Lembah Yarmuk, sebuah anak sungai di sebelah timur Yordania.

Menurut literatur sejarah, Lembah Yarmuk sengaja dipilih untuk membangun basis kekuatan pasukan muslim Arab karena strategis untuk menempatkan pasukan kavaleri. Tempat ini juga dekat dengan markas di Najd.

Baca Juga:  Anton Charliyan Lantik Gernas BP2MP Anti Radikalisme dan Intoleran Provinsi Jawa Timur

Menghadapi kekuatan pasukan muslim Arab, pasukan Bizantium mengerahkan jumlah pasukan jauh lebih banyak. Para sejarawan modern memperkirakan sekitar 50.000-100.000 pasukan Bizantium ditempatkan. Komandan lapangan pasukan Bizantium bahkan membentuk empat pasukan dalam barisan pertempuran. Komandan membagi jumlah kaveleri sama dengan jumlah infanteri dan menempatkan pasukan di belakang untuk bertindak sebagai pasukan cadangan.

Sementara itu Khalid bin Walid yang didaulat menjadi komandan membagi tentaranya menjadi 36 infanteri dan 4 unit kavaleri. Kekuatan utama pasukan muslim Arab berada di tangan kavaleri.

Pertempuran dimulai pada 20 Agustus 636 masehi. Pasukan Bizantium menyerang lebih awal saat fajar. Komandan pasukan Bizantium terbilang jitu dalam menyusun strategi penyerangan. Dua pasukan ia kirimkan untuk menyerang bagian tengah pertahanan pasukan Khalid bin Walid. Serangan ini merupakan tipuan dan taktik belaka untuk mengalihkan perhatian dari serangan utama yang dilakukan pasukan kaveleri.

Namun, pasukan kavaelri cadangan Khalid bin Walid berhasil memukul mundur serangan utama pasukan Bizantium. Begitu juga pada serangan di hari ketiga, pasukan kaveleri Khalid kembali berhasil memukul serangan pasukan Bizantium sehingga gagal melakukan manuver serangan.

Baca Juga:  RAB Kulon Progo Bagikan Ratusan Kotak Makanan dan Snack untuk Tukang Ojek, Tukang Becak, dan Tukang Parkir

Sepanjang lima kali serangan, pasukan Khalid bin Walid memilih bertahan. Baru di hari keenam, Khalid memerintahkan pasukannya melakukan sebuah serangan. Serangan utama dilakukan oleh pasukan kaveleri.

Pasukan Bizantium terdesak oleh serangan yang dilakukan tiga lapis pasukan kaveleri muslim Arab. Infanteri Armenia yang tergabung dalam pasukan Bizantium hancur. Namun, pasukan Bizantium dan tentara bayaran mereka yang terdesak tidak dibunuh oleh pasukan Khalid.

Theodorus sendiri tewas dan pasukan kerajaan berubah menjadi sekumpulan prajurit yang panik, putus asa dan berantakan. Saat itulah nasib Suriah berakhir.

Di tengah kemenangan Pertempuran Yarmuk, datang kabar bahwa khalifah Abu Bark telah wafat. Pemerintahan kemudian dikendalikan Umar bin Khattab. Dan sejak Umar memimpin, Abu Ubaydah yang merupakan sabahat nabi, diangkat menjadi gubernur jenderal di Suriah dan komandan tertinggi menggantikan Khalid bin Walid. Khalid menerima keputusan tersebut dengan lapang dada. Khalid tetap memilih sebagai seorang prajurit dan meneruskan pertempuran-pertempuran di tempat lain.

Baca Juga:  123 Jamaah Selesai Mengikuti Manasik IPHI Kota Banda Aceh

Khalid bin Walid memang dikenal sebagai seorang ahli strategi dan kecapakan dalam bidang militer. Khalid adalah salah satu dari panglima perang yang tidak terkalahkan sepanjang kepemimpinannya di medan pertempuran. Bayangkan, dari 100 kali pertempuran melawan Kekaisaran Bizantium dn Kekaisaran Sassanid berserta sekutu-sekutunya, Khalid tak pernah kalah.

Bahkan, selama penaklukkan Arab dalam Perang Riddah, Persia Mesopotamia, Suriah Romawi, Pertempuran Yamamah, Pertempuran Ullais, Pertempuran Firaz, Pertempuran Walaja dan Pertempuran Yarmuk merupakan deretan dari sekian peperangan yang sukses dimenangkan pasukan muslim Arab di bawah komando Khalid bin Walid.

Pertempuran Walaja dan Pertempuran Yarmuk disebut-sebut oleh sejarawan sebagai bukti kehebatan taktik dan strategi militer yang dirancang Khalid bin Walid. Konon, Napoleon Bonaparte pernah berkata “…..hanya Khalid yang bisa dan berpikir untuk melawan Roma pada waktu itu dan dia adalah seorang pejuang besar yang namanya menjadi teror di istana Roma.” (alya/eda/ed)

Editor: Ani Mariani & Novi Hildani

Related Posts

1 of 3,049