EkonomiMancanegara

Keuntungan Indonesia di Tengah Perang Dagang AS-Cina

Masa depan Kasawan Indonesia adalah pertarungan memberebutkan hegemoni ekonomi dan militer antara cina dengan AS. (Ilustrasi: NUSANTARANEWS.CO)
Masa depan Kasawan Indonesia adalah pertarungan memberebutkan hegemoni ekonomi dan militer antara cina dengan AS. (Ilustrasi: NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ahli bidang pertanian Amerika Serikat Robert Blake berpandangan, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina dapat berdampak negatif pada penjualan hasil pertanian di wilayah Maryland. Dampak itu terutama terjadi pada sektor kedelai. Situasi ini, kata dia, peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan harga beli yang menarik dibandingkan saat era sebelum kebijakan perang tarif AS dengan Cina diberlakukan.

“Persediaan kedelai di Maryland hanya sanggup bertahan selama 3 (tiga) bulan lamanya sejak dipanen dan memiliki konsekwensi untuk dijual murah atau dimusnahkan bila penjualan kedelai mereka tidak habis dalam kurun waktu dimaksud,” kata Robert, belum lama ini, dilansir dari keternagan resmi Kementerian Pertanian, Rabu (26/12/2018).

Baca Juga:

Robert menambahkan, selain kedelai AS juga memiliki ketergantungan buah tomat sampai 80 persen. Rata-rata buah tersebut didapat melalui impor dari negara Kanada. “Tomat Indonesia bisa masuk pasar Amerika Serikat selama harga jualnya bersaing. Kami membuka peluang ini bagi Kementerian Pertanian,” katanya.

Baca Juga:  Rusia Menyambut Kesuksesan Luar Angkasa India yang Luar Biasa

Selain itu, lanjutnya, kedekatan hubungan University of Maryland dengan FDA juga sangat memberikan keuntungan bagi Kementan untuk memahami standar dan permintaan yang harus dipenuhi oleh Indonesia bila ingin melakukan ekspor komoditas pertanian ke wilayah AS.

“Laboratorium dan lahan percobaan yang berteknologi tinggi merupakan satu diantara yang harus dipenuhi. Selain itu, era perdagangan saat ini juga didominasi oleh perdagangan internet, tidak terkecuali penjualan produk hasil pertanian dan pangan olahan,” katanya.

Perkembangan Artificial Intellegence (AI) saat ini, sambungnya, sudah merambah ke berbagai sektor kehidupan di Amerika Serikat. Tidak hanya implementasi di bidang militer dan teknologi, namun juga merambah pada bidang pertanian dan kesehatan. “Teknologi pertanian Amerika Serikat sudah mengandalkan penggunaan AI sebagai bentuk langkah percepatan berbagai proses pertanian,” katanya.

Sistem Ekspor AS Diperketat

Juru Bicara Gedung Putih dari Partai Demokrat Paul Ryan menyampaikan, Presiden Donald Trump akan terus menjalankan proteksi yang ketat bagi guna mewujudkan jargon kampanye “Buat Amerika Hebat Lagi”. “Meski kebijakan itu berdampak negatif pada hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan negara lain, termasuk negara sekutunya sendiri (Kanada dan Mexico),” tuturnya.

Baca Juga:  Sokong Kebutuhan Masyarakat, Pemkab Pamekasan Salurkan 8 Ton Beras Murah

Selain itu, beberapa asosiasi pertanian AS juga sudah mengeluh dengan kebijakan ini, namun mereka hanya bisa mengandalkan kepiawaian pejabat di Gedung Putih dalam menata perdagangan komoditas pertanian yang dinilai masih defisit.

Sebelumnya Ditjen Tanaman Pangan Kementan menggelar pertemuan dengan Ambassador di sejumlah wilayah di AS. Dalam pertemuan, Kementan fokus pada pembicaraan kerjasama dan pengembangan benih padi bersama Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan serta penelitian dengan international Rice Research Institute (IRRI) di Filipina.

Dari Jepang, Ahli bidang Pertanian Sri Nuryanti meyakinkan, Jepang tetap gunakan bahan baku produk Indonesia. Salah satunya adalah Java Tea Japan dan Japan Tea Association. “Indonesia itu kaya akan teh dengan citarasa dan aroma khas pegunungan yang cocok dinikmati penduduk Jepang. Makanya ketika kita putarkan video tentang produksi dan pengolahan teh di Indonesia, mereka benar-benar bersemangat,” katanya.

Sementara itu, Inspektur Jenderal Kementan, Justan Siahaan meminta seluruh Atase bekerja secara maksimal dalam mengawal kepentingan Indonesia di forum multilateral khususnya pada tiga badan internasional yang berpusat di Roma. “Meskipun KBRI memiliki fungsi multilateral, namun tujuan diadakan Attani di sini (KBRI Roma) harus bisa mengawal kepentingan Indonesia, apalagi memang tusinya terkait dengan pertanian,” pungkasnya.

Baca Juga:  Pengangguran Terbuka di Sumenep Merosot, Kepemimpinan Bupati Fauzi Wongsojudo Berbuah Sukses

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,148