Rubrika

Ketum PRD Kecam Pihak yang Saling Caci Maki Terkait Bencana

Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) Agus 'Jabo' Priyono.
Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) Agus ‘Jabo’ Priyono. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Beragam peristiwa yang belakangan muncul di ruang publik tak hanya menjadi perhatian dan pembicaraan berbagai kalangan tapi juga menjadi kegelisahan tersendiri bagi Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) Agus ‘Jabo’ Priyono.

“Bangsa Indonesia seakan sudah kehilangan pegangan dan tujuan dalam bernegara,” kata Agus dalam pesan tertulisnya, Rabu (9/1).

Salah satu contohnya, ungkap Agus adalah adanya narasi saling menyalahkan dalam bencana alam yang tengah menimpa Tanah Air. Padahal, kata Agus,  jauh lebih peting saling bersinergi dalalam solidaritas guna mengurangi beban para korban daripada menghabiskan energi untuk jumawa merasa sebagai pihak yang paling benar.

“Ketika bencana, mestinya kita fokuskan energi untuk bergotong royong, bahu-membahu, serta berempati. Tetapi yang terjadi justru ribut, caci-maki, saling menyalahkan, debat istilah yang tidak penting,” tegasnya.

Menurutnya, hal itu sudah jelas-jelas jauh dari kepribadian Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar.

Hal lain yang tak kalah penting adalah sikap masyarakat dalam menghadapi pelanggaran pemerintah komunis China di wilayah kedaulatan Indonesia di Laut Natuna Utara.

Baca Juga:  Identitas Siswa, Pemberlakuan Seragam Baru Siswa Sekolah Banjir Dukungan

“Sungguh sangat naif. Kita ribut karena wilayah kita dilanggar oleh negara lain, seperti masuknya kapal-kapal China ke perairan Natuna. Sedangkan di dalam negeri kita sendiri saja banyak yang diambil dan dirampok (oleh asing), tetapi kita diam saja seribu bahasa,” tegasnya.

Melihat kecenderungan ini, ia beranggapan bahwa bangsa Indonesia sudah benar-benar kehilangan sosio nasionalisme dan sosio demokrasi, sebagai landasan membangun bangsa merdeka serta prasyarat utama menuju keadilan serta kemakmuran.

Dengan saling mencaci, jelasnya, Indonesia seakan belum menjadi bangsa yang beradab, bangsa yang satu nasib satu tujuan.

“Memang kita masih bermental kuli di negeri sendiri maupun kuli di antara bangsa-bangsa. Jadi pantas saja negara dan bangsa kita diinjak-injak oleh bangsa lain yang lebih kuat dari kita, baik perekonomiannya maupun kekuatan militer dan kekompakan bangsanya,” sambungnya.

Atas dasar itu, ia mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk bersatu dalam persatuan nasional tanpa mementingkan kelompok ataupun golongan tertentu.

Baca Juga:  Tugu Rupiah Berdaulat Diresmikan di Sebatik

“Ini penting untuk menjaga Indonesia dari kehancuran yang sudah mulai tampak dari prilaku elite korup dan selalu menebarkan rasa kebencian dalam berpolitik kebangsaan yang akhirnya memengaruhi psikologi masyarakat kita,” pungkas Agus. (san)

Related Posts

1 of 3,056