NUSANTARANEWS.CO, Tarakan – Ketum PBNU: Beda pilihan di pilkada bukan alasan untuk bermusuhan. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siroj secara resmi membuka Konferensi Wilayah Ke-II Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Utara yang digelar di Balroom Hotel Tarakan Plaza, Kamis (19/11).
“Dengan membaca Bismillahirahmanirahim, dengan ini saya resmi membuka Konferensi Wilayah kedua yang akan dilaksanakan oleh Pengurus Wilayah NU Kalimantan Utara. Saya juga menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada pengurus demisioner yang selama ini telah mengabdikan mengurus NU di Kalimantan Utara,” tuturnya
Selain membuka Konferwil, ada beberapa pesan yang Kiai Said yang disampaikan oleh Kiai Said melalui telekonferencenya kepada para peserta dan tamu undangan.
“Dan kepada para peserta, saya berpesan, laksanakan konferwil ini dengan semangat ukuwah dan kedewasaan sikap agar keputusan yang dihasilkan adalah kepengurusan yang mampu membawa Nahdlatul Ulama sebagai suri tauladan masyarakat di Kalimantan Utara,” tandasnya.
Nahdlatul Ulama, ungkap Kiai Said bukan hanya sekedar organisasi keagamaan yang hanya mengemban syiar islam namun juga organisasi kebangsaan yang mempunyai tugas membangun peradaban.
Sikap Rassulullah saat menjadi pemimpin di Madinah, menurut Kiai Said adalah sebuah suri tauladan dalam membangun peradaban yang moderat. Di mana ketika umat islam menjadi mayoritas, maka disitulah kaum muslimin tampil sebagai pengayom dan bukan tampil sebagai kelompok yang arogan dan betindak diskriminatif.
“Di Indonesia, pilar untuk membangun peradaban yang bermuara pada kemajuan, kesejahteraan, dan keharmonisan tertuang melalui konsensus nasional yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Maka wajib bagi Nahdliyin untuk membumikan 4 Pilar Kebangsaan itu,” tandas Kiai Said
Kiai Said mengingatkan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari ribuan suku yang tentu berbagai pula adat istiadat dan budayanya. Hal tersebut adalah rahmat dari Allah wajib disyukuri dan djjaga. Setiap etnis, jelas Kiai Said, pasti mempunyai kebanggaan yang diwarisi dari leluhurnya, untuk itu perbedaan bukan sebuah alasan untuk menyulut api permusuhan.
“Bangga dengan tradisi kita bukan berarti kita boleh meremehkan adat dan kebudayaan orang lain. Karena dengan saling menghormati itulah akan timbul rasa saling membutuhkan. Dan itulah peradaban,” tegasnya.
Demikian pula menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada Serentak), perbedaan pilihan jalan politik bukan alasan untuk saling merendahkan satu dengan yang lain. Kiai Said menegaskan bahwa selama bangsa Indonesia mampu mengejawantahkan Pancasila, maka Pilkada akan dilalui dengan sejuk, aman dan menghasilkan kepemimpinan yang berintegritas.
“Apalagi cuma persoalan Pilkada. Jangan, sekali lagi jangan menyebabkan terputusnya silaturahim dan menyebabkan permusuhan,” pungkasnya. (ES)