Berita UtamaFeaturedPeristiwa

Ketum PB PMII Sebut Komunisme Masih Ada di Indonesia

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – 52 tahun lalu tepatnya 30 September 1965, sebuah upaya pemberontakan PKI terhadap negara Republik Indonesia dengan menculik dewan jendral berhasil digagalkan.

Sekalipun PKI dan paham komunis telah dilarang, diusia 52 tahun sejak bebas dari komunis, Indonesia kini kembali dihadapkan pada menguatkan paham komunis. Banyak kalangan menilai bahwa komunisme gaya baru di Indonesia terus menguat dan mulai menampakkan diri.

Menanggapi hal itu, Ketum PB PMII Agus Herlambang saat ditanya Nusantaranews, mengenai keberadaan komunisme di Indonesia saat ini, dirinya mengatakan masih ada.

“Kalau sebagai ideologi atau paham (isme) itu ada. Mungkin ada, tapi kita juga belum riset,” kata Agus Herlambang, saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, (28/9/2017).

Nah, kalau apakah keberadaannya membahayakan atau tidak, kita belum tahu,” sambungnya.

Meski demikian, dirinya tetap menegaskan bahwa PKI tidak boleh bangkit lagi di Indonesia. Agus mengatakan bahwa satu-satunya ideologi yang sah dan harus diperjuangkan serta dipertahankan adalah Pancasila. Tak ada ideologi yang bisa menggantikan Pancasila, termasuk ideologi komunis.

Baca Juga:  SK Kwarda Jatim Terbit, Semangat Baru Bagi Pramuka Jawa Timur

“Tetapi pada prinsipnya, kita sudah sepakat bahwa Pancasila sebagai asas tunggal. Maka tidak ada lagi ideologi selain Pancasila,” tegasnya.

Agus mengatakan bahwa Pancasila adalah harga mati. Dirinya meminta agar kasus 1965 tak perlu diungkit-ungkit kembali. Mengenai desakan untuk rekonsiliasi, dirinya mengatakan bahwa biarkanlah rekonsiliasi itu berjalan alamiah.

“Ya kalau mau berproses rekonsiliasi bukan memposisikan siapa korban dan siapa yang salah. Kita tidak melupakan sejarah itu ya. Sekali lagi kita harus punya perspektif baru di kalangan generasi muda bahwa melihat itu (pemberontakan PKI 1965) sebagai masa lalu dan tidak perlu diperdebatkan siapa yang salah dalam hal ini,” kata Agus.

“Karena rentetan sejarah itu (pemberontakan PKI), kita tidak bisa hanya melihat kejadian di tahun 65 dan 66. Tapi ada rentetan kejadian yang panjang,” pungkasnya.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 10