ArtikelHankam

Ketika Strategi Gerilya Jenderal Besar Nasution Banyak Diadopsi

NUSANTARANEWS.CO – Jenderal besar AH Nasution adalah tokoh militer ternama di Indonesia dan dunia. Jenderal besar Nasution yang lahir pada tanggal 3 desember 1918 dan wafat pada 6 september 2000 adalah tokoh militer Indonesia yang mempunyai karir militer cemerlang.

Berbagai jabatan tinggi militer pernah diduduki Jenderal Besar Nasution. Diantaranya Panglima Divisi Siliwangi, Wakil Panglima Besar TNI (orang kedua setelah Jenderal Besar Sudirman) dan Kepala Staf Angkatan Darat.

Selain sebagai tokoh militer yang telah berpengalaman di medan tempur melawan penjajahan Jepang dan Belanda, Jenderal Besar Nasution juga merupakan sosok ahli perang gerilya yang terkenal dan mempunyai tingkat intelektualitas tinggi. Gagasan olah pikirannya yang cemerlang telah dituangkannya ke dalam berbagai buku.

Salah satu bukunya terkenal yang berjudul Pokok-Pokok Perang Gerilya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Inggris dengan judul Fundamentals of Guerrilla Warfare dan juga dalam ke berbagai bahasa asing lainnya. Bahkan buku tersebut menjadi buku pedoman wajib di Akademi Militer diberbagai negara termasuk di West Point yang merupakan sekolah elit militer di Amerika.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

Jenderal Besar Nasution merupakan sosok guru perang gerilya di Vietnam. Dimana ilmu-ilmu sang Jenderal Besar Nasution dijadikan pedoman oleh para jenderal Vietnam ketika berhasil memukul mundur imperialis Amerika.

Buku Pokok-Pokok Perang Gerilya ditulis Jenderal Besar Nasution berdasarkan pengalaman nyata perang gerilya saat hadapi agresi Militer Belanda. Strategi perang gerilya Jenderal Besar Nasution digunakan untuk memukul lawan, ketika lengah dengan menggunakan pasukan kecil. Lalu lari sembunyi ketika lawan mulai berkumpul dan menyerang.

Strategi perang gerilya Jenderal Nasution merupakan corak perang rakyat semesta yang melibatkan dukungan seluruh lapisan masyarakat. Tanpa dukungan rakyat, strategi perang gerilya akan percuma.

Amerika yang telah belajar dari buku Pokok-Pokok Perang Gerilya karya Jenderal Besar Nasution dan juga kekalahannya dalam perang Vietnam sudah tak lagi menggunakan operasi militer darat besar-besaran dalam berbagai aksinya. Karena operasi militer besar-besaran hanya akan menghadapi kesulitan ketika harus menghadapi perang gerilya.

Amerika lebih memilih menggunakan kekuatan udara untuk membombardir suatu negara dan mempersenjatai pasukan gerilya pemberontak demi menumbangkan rezim penguasa yang tidak pro dengan kepentingannya. Seperti yang sudah terjadi di Irak, Libya, Afganistan, Suriah dan lain-lain.

Baca Juga:  Hut Ke 78, TNI AU Gelar Baksos dan Donor Darah

Amerika sudah lama telah mengincar Indonesi sejak merdeka untuk dijadikan sapi perahnya. Sebagai negara yang kaya dengan sumber daya alam, selain negara-negara di Timur Tengah, Indonesia adalah juga Negara yang dijadikan target utama untuk dikuasai dan dijarah hasil buminya.

Menyerang langsung frontal dan menduduki Indonesia seperti yang dilakukan Belanda adalah suatu kebodohan. Karena seperti yang terjadi dalam perang Vietnam, yang mana berhasil mengalahkan Amerika dengan menerapkan strategi perang gerilya.

Demikian pula Indonesia sebagai suhunya perang gerilya Vietnam, maka akan membuat Amerika lari terkencing-kencing apabila coba berani menyerang Indonesia secara langsung. Karena yang dihadapi Amerika tidak hanya tentara Indonesia yang tangguh tapi juga seluruh rakyat Indonesia yang militan dan patriotis.

Di zaman presiden Soekarno, Amerika telah mencoba menguasai Indonesia dengan strategi counter gerilya yaitu dengan mempersenjatai para gerilyawan pemberontak di luar Jawa untuk mendirikan negara boneka Amerika terpisah dari NKRI. Namun usaha-usaha makar itu digagalkan oleh pasukan TNI atas perintah Bung Karno. (Duniafana)

Baca Juga:  Hut Ke 78, TNI AU Gelar Baksos dan Donor Darah

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 18