Ekonomi

Ketergantungan Impor Minyak Ancam Stabilitas Moneter Indonesia

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Presiden Direktur Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf mengatakan saat ini tingkat ketergantungan impor minyak  telah mengancam stabilitas makro ekonomi dan moneter Indonesia.

Sebagai BUMN migas, Pertamina EP menurut Nanang akan memaksimalkan kemampuannya untuk menjaga dan meningkatkan kapasitas produksi minyak. Dengan demikian, hal ini diharapkan mampu menjadi pendorong daya saing pada industri-industri yang bergantung pada pasokan migas.

Data terbaru menunjukan investasi hidrokarbon di Indonesia telah menurun dari sebesar USD 15,3 miliar pada 2015 menjadi USD 11,2 miliar pada 2016. Meskipun demikian, Pertamina tetap gencar merencanakan banyak kegiatan pengeboran.

Nanang menyatakan pentingnya untuk mengintensifkan eksplorasi agar dapat meningkatkan cadangan dan produksi minyak.

“Kami berencana mengebor 70 sumur dan mengadakan 14 eksplorasi pada 2018,” ungkap dia yang dikutip dalam siaran tertulisnya, (24/10).

Investasi eksplorasi pada 2016 hanya menyentuh angka USD 100 juta, berbeda jauh dibandingkan 2013 yang mencapai USD 1,4 miliar. Di tengah anjloknya harga minyak bumi, Pertamina EP tetap optimistis dan teguh pada rencana eksplorasinya di tahun depan.

Baca Juga:  Kebutuhan Energi di Jawa Timur Meningkat

Dirinya juga menambahkan, anjloknya investasi hulu berdampak negatif pada perlambatan ekonomi regional dan penyerapan tenaga kerja – hal yang menjadi keluhan bagi banyak kontraktor, sub-kontraktor, dan sejumlah industri terkait lainnya. (Gendon)

Editor: Romandhon

Related Posts