Artikel

Kepemimpinan Kaum Muda

NUSANTARANEWS.CO – Muda mendunia. Ya, kalimat sederhana ini tidak asing di benak kita. Para pesohor di pelbagai negara pun kini didominasi kaum mudanya. Sebut saja Marcon Presiden Prancis atau Trudeau Perdana Menteri Kanada adalah bagian dari golongan kaum muda yang berkarya dan mampu memimpin sebuah negeri. Bagaimana dengan Indonesia?

Sebelas dua belas, sosok kepemimpinan kaum muda kini telah mewabah di pelbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Kalangan muda saat ini atau yang dikenal golongan kaum milenial tak dapat dianggap remeh. Sudah banyak karya nyata ditorehkan kalangan kaum muda semua sektor kehidupan, baik di bidang industri, kebudayaan, agama, ekonomi, politik, dan lainnya. Apalagi di bidang teknologi, jangan ditanya. Hampir sembilan puluh persen industri teknologi dikuasai anak muda.

Penulis mencoba memberikan refleksi perihal kepemimpinan kaum muda. Mengapa hal ini penting? Penulis meyakini bahwa perubahan besar dalam sebuah negara atau bangsa dimulai dari kalangan muda. Kalangan muda ini tidak hanya membicangkan anak muda umur 30 tahun kebawah sebagaimana diatur di dalam undang-undang. Kalangan muda yang dimaksud berumur 40 tahun ke bawah. Mereka memiliki semangat luar biasa untuk bergerak dan melakukan perubahan. Lihat saja di jajaran pemerintahan Jokowi-JK saat ini, jajaran menteri hingga ke bawah banyak kaum muda yang tampil. Atau melihat jajaran anggota dewan dari pusat hingga daerah kalangan kaum muda tak pernah ketinggalan. Mereka tampil ke permukaan menjadi pemimpin.

Membincangkan kepemimpinan pemuda tentu tak lepas dari sejarah pendirian bangsa ini. Bangkitnya Budi Utomo pada 1908 atau bersatunya seluruh pemuda dari berbagai penjuru  tanah air pada 28 Oktober 1928 dapat menjadi titik balik bangkitnya semangat nasionalisme. Kalangan muda memimpin pergerakan merebut kedaulatan negeri ini. Semangat kemerdekaan hingga munculnya Seokarno juga bagian dari sepak terjang kaum muda. Jangan lupa pula, bahwa runtuhnya otoritianisme Soeharto pada 1998 tak lepas dari andil para pemudanya.

Semangat muda adalah semangat kekar, visioner, pekerja keras, serta mempunyai nilai positif bagi kemajuan bangsa. Namun yang patut diperbincangkan kini adalah nilai dan tanggung jawab mereka terhadap rakyat dan bangsa. Kalangan muda boleh memimpin negeri ini, tapi jangan lupa peran dan tanggungjawab sepenuhnya untuk kemakmuran dan keadilan rakyat. Jangan sampai jabatan yang sudah dipegang oleh kalangan politisi muda mencederai semangat memakmurkan negeri. Jangan sampai rakyat Indonesia yang sudah percaya penuh dengan tampilnya kalangan muda tercederai oleh tangan kotor oknum melakukan korupsi, kekerasan simbolik, dan menyebar kebincangan antar warga.

Revolusi Kaum Muda

Kini, masyarakat kita tidak mudah dibodohi. Mereka pun tak mudah menaruh kepercayaan. Masyarakat yang mudah curiga ini bagian dari keadaan, meminjam istilah Sukardi Rinakit, melodramatik akibat terjadinya krisis kepercayaan. Instabilitasi ekonomi, sosial, politik, dan hukum belum mampu menjawab kondisi sosial yang inheren. Sehingga keadaan demikian mengakibatkan krisis kepercayaan, krisis sistem, dan krisis kepemimpinan. Maka kemudian untuk menjawab tantangan tersebut adalah perlu hadirnya pemimpin muda yang berani menyatakan sikap, berani berbuat, dan berani bertanggung jawab.

Walaupun usia kita tergolong muda, tak mudah menjadi pemuda pelopor seperti halnya anak muda yang memproklamasikan kedaulatan, kebangsaan, dan bahasa dalam semangat Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Semangat kepemimpinan kaum muda dapat kita serap dari semangat para pemimpin muda zaman beheula. Misalnya kita dapat menyerap energi muda dari Soekarno, KH. Wahid Hasyim, Mohamad Natsir, Tan Malaka, Sjahrir, dan lainnya. Kepemimpinan mereka dimulai sejak usia sangat muda. Pekikan revolusi mereka gaungkan ke berbagai penjuru negeri hanya demi satu kata; merdeka dan berdikari.

Dilain pihak untuk menghadirkan kaum muda dinamis tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Akibat laten globalisasi yang merambah kota hingga desa perlahan telah menjangkiti kaum muda kita kini. Prilaku hedonis kapitalistik dapat kita jumpai di sekitar lingkungan kita. Prilaku tersebut acapkali menafikan proses kehidupan. Sehingga kehidupan yang semestinya progresif menatap masa depan cenderung individualistik.

Di sinilah perlu diketengahkan Revolusi Kaum Muda, tidak hanya Revolusi Mental ala pak Jokowi. Bagaimana Revolusi Kaum Muda? Ialah mereka yang tidak mendewakan pragmatisme dan materialisme dalam berkehidupan. Mereka yang siap jadi pemimpin masa depan dan membawa kembali kejayaan bangsa Indonesia.

Kepemimpinan kaum muda bukan sebatas mengetengahkan wacana absurd, namun ada hal penting mengapa kaum muda menjadi harapan untuk memimpin bangsa yang mengalami krisis kepercayaan ini. Pertama, kaum muda agresif. Agresifitas yang ditimbulkannya dapat terlihat pada semangat yang berkobar-kobar, berani menyatakan sikap, berani bertindak (walaupun kadang beresiko), berani memperjuangkan kebenaran yang tertelikung, berani merombak segala kebobrokan sistem tanpa teding aling-aling dan terpenting adalah pemuda yang tidak bercirikan layamtu wa laa yahya (tidak mati dan tidak pula hidup) alias stagnan.

*Nur Faizin Darain, Penulis adalah Alumnus Pascasarjana Sosiologi UGM Yogyakarta dan Pengurus Pusat GP Ansor.

Related Posts

No Content Available