NUSANTARANEWS.CO, Semarang – Usai mengisi kuliah umum di Universitas Wahid Hasyim Semarang, Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan mengadakan silaturahim dengan takmir masjid se-Jawa Tengah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Selain menjabat Kepala BIN, Budi Gunawan diketahui merupakan Wakil Ketua Majelis Pakar Dewan Masjid Indonesia (DMI) periode 2017-2022 yang dikukuhkan oleh Ketua Umum DPP Dewan Masjid Indonesia Muhammad Jusuf Kalla di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat 12 Januari 2018 lalu.
“Dalam perjalanan sejarahnya, masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk fisik maupun fungsi dan perannya. Alhamdulillah, di mana ada komunitas muslim di situ ada masjid,” ujar KaBIN saat memberikan sambutannya, Sabtu (28/4/2018).
Di masa Rasulullah, katanya, masjid memiliki multi fungsi selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat menimba ilmu (tholabul ilmi), tempat bermasyarakat, dan tempat syi’ar dakwah Islam sehingga Islam bisa mencapai titik kejayaan dan tersebar ke seluruh penjuru dunia.
“Kita bersyukur sekarang ini suasana dakwah dan penyebaran Islam di tanah air tumbuh dengan pesat. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran keagamaan dan pembinaan akhlak di kalangan masyarakat telah membaik,” terangnya.
Kepala BIN mengingatkan agar dapat dikelola sesuai fungsinya sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, pengajaran dan pembangunan karakter positif serta harus menjadi peredam gerakan radikalisme. Sebab, kata dia, belakangan banyak muncul kekhawatiran masjid justru digunakan untuk pengajaran dan penyebaran paham radikalisme.
“Bersamaan dengan aktifitas ritual yang dapat dikembangkan di masjid, kelompok intoleran juga telah melakukan sejumlah aksi yang justru merugikan umat Islam. Khotbah para pengikut intoleran dan radikal berbeda dengan ajaran Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW yang lebih ditekankan pada penegasan implementasi talwa dalam konteks kehidupan sehari-hari. Sedangkan kelompok intoleran menekankan pada tema politik dan hasutan-hasutan yang merusak citra pemimpin dan citra umat Islam yang ingin mengajarkan Islam rahmatan lil’alamiin,” jelasnya.
Mantan Wakapolri ini berharap ke depan masjid harus dikembalikan pada fungsi dan peran semula. “Masjid perlu tetap dikelola sesuai fungsinya, sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, pengajaran dan pembangunan karakter positif serta harus menjadi peredam gerakan radikalisme, bukan justru menjadi pusat pengajaran paham radikalisme maupun intoleran yang dapat memecah belah bangsa sehingga mengancam keselamatan dan keutuhan NKRI. Masjid harus menjadi pilar ketahanan umat (society resilience) dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan,” ucapnya.
“Saya mengapresiasi dan menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terkait peran positif yang telah, sedang, akan selalu diberikan oleh para ulama/kiai dan para takmir masjid dalam merawat prinsip-prinsip kebersamaan dan kerukunan kebangsaan di Indonesia,” tambahnya.
Lebih lanjut Wakil Ketua Majelis Pakar Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini berharap takmir masjid dapat menggali dan menginventarisir potensi-potensi yang ada untuk kepentingan umat, baik dari sisi advokasi, pemberdayaan dan sebagainya sehingga kerahmatan masjid dapat dirasakan oleh masyarakat.
“Perlu kiranya dipikirkan untuk melakukan pelatihan peningkatan kapasitas (capacity building training) dalam rangka mendorong dan meningkatkan kemampuan takmir masjid mewujudkan masjid sebagai media penyebaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan pemersatu bangsa,” tegasnya.
Menurutnya, takmir masjid harus menjadi garda terdepan dalam membentengi tempat ibadah masing-masing dari paham radikal maupun politik praktis agar Masjid tidak menjadi tempat penyebaran ujaran kebencian, terutama menjelang tahun-tahun politik seperti saat ini. (red)
Editor: Eriec Dieda