HeadlineHukumTerbaru

Kepala BIN Imbau Anak Buah Santoso Menyerah

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso/Foto Nusantaranews via bbc
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso/Foto Nusantaranews via bbc

NUSANTARANEWS.CO – Salah satu Pribahasa Indonesia berbunyi “mati satu tumbuh seribu”. Dalam hal kebaikan terlebih dalam urusan perjuangan, pribahasa penuh semangat tersebut tentu saja berlaku. Sederhanya, orang Indonesia akan menggunakannya setidaknya untuk menghibur diri, ketika mengalami kehilangan sosok atau figur dalam hidupnya.

(Baca: DPR Harapkan Tewasnya Santoso Dapat Melumpuhkan Seluruh Jaringan Terorisnya)

Lantas, masih berlakukah pribahasa puitis di atas dalam kasus tewasnya Santoso salah satu pemimpin kelompok sipil bersenjata di Indonesia? Mungkinkah Santoso-Santoso lain akan lahir dengan jumlah ribuan sebagaimana termaksud dalam pribahasa? Jika pendapat pengamat terorisme benar adanya, bahwa salah satu faktor timbulnya terorisme adalah ketidakadilan negara, kemungkinan akan lahir Santoso baru. Itu pun jika negara hadir tanpa memberi keadilan terhadap rakyat.

(Baca Juga: Santoso Tewas, Ahmad Yani Sebut Terorisme Lahir Dari Ketidakadilan Negara)

Terlepas dari makna dan bias dari pribahasa tersebut, beberapa hari pasca tewasnya Santoso, disebutkan bahwa masih banyak anggota Santoso yang hidup bebas di Poso, seperti yang diberitakan Nusantaranews sebelumnya. Bahkan, ada yang menyatakan jika kawan-kawan, anak buah, dan simpatisan Santoso bisa melakukan serangan balik.

Baca Juga:  Gelar Aksi, FPPJ Jawa Timur Beber Kecurangan Pilpres 2024

Oleh sebab itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso meminta agar anak buah Santoso yang masih hidup dan bersembunyi di Poso segera menyerahkan diri. “Tentu kita waspada dengan sisa-sisa kelompoknya, tapi melalui imbauan ini, agar sisanya lebih baik mereka menyerah,” ujarnya, di Jakarta, Kamis (21/7).

(Lihat juga: Marzuki Alie: Masyarakat Harus Terlibat Aktif Penanganan Terorisme)

Imbauan Sutiyoso supaya anak buah Santoso menyerah dibarengi dengan sebuah jaminan berupa perlindungan hukum. Sebaliknya, jika anak buah Santoso mengabaikan imbauan ini, pemerintah akan melakukan serangan secara masif. “Kalau mereka tidak mau, ya sudah kita lakukan hard power,” tegasnya.

Menurut mantan Ketua Umum Partai PKPI itu, saat ini memang pihaknya belum melakukan komunikasi dengan para teroris. Namun, pihaknya akan melakukan propaganda. “Belum, ini kita masih urus untuk meyakini jenazah itu Santoso,” tandasnya. (Achmad/Red-02)

Related Posts

1 of 4