Opini

Kemilau Ekspor Cengkih

Cengkeh (Ilustrasi). Foto: Dok. Lugu Alami
Cengkih (Ilustrasi). Foto: Dok. Lugu Alami

Ekspor komoditas cengkih Indonesia tengah berjaya. Produksi dalam negeri berlebih dan penyerapan dalam negeri terhitung aktif, sehingga sisa cengkih yang tidak diserap oleh industri berhasil di ekspor dengan nilai lebih.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), untuk periode Januari-Juli 2019, ekspor cengkih dari Indonesia mencapai US$ 54,91 juta alias naik 137,60% dari periode sama di tahun lalu yaitu sebesar US$ 23,110 juta. Sebelumnya, negara tujuan ekspor didominasi oleh Saudi Arabia yaitu sebanyak 797,8 ton. Untuk periode yang sama di tahun 2019, negara tujuan ekspor didominasi oleh India yang membeli hingga 4,25 juta ton cengkih senilai US$ 15,8 juta.

Hal ini merupakan akibat dari permintaan sejumlah negara atas cengkih yang melejit. Misalkan saja permintaan cengkih dari negara Sudan. Pada periode sebelumnya Sudan bukan menjadi negara tujuan ekspor cengkih di Indonesia, tetapi di tahun 2019 Sudan mengimpor hingga 146,4 ribu ton cengkih dari Indonesia atau senilai US$913 ribu.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

Cengkih sebagai salah satu komoditas unggulan di sektor perkebunan ini merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman cengkih banyak ditanam di seluruh wilayah nusantara. Berdasarkan data pada Kementrian Pertanian Republik Indonesia, selama lima tahun terakhir produksi cengkih terbesar didominasi oleh Provinsi Maluku sebesar 21,16 pada tahun 2019 atau sekitar 17,06 % dari total produksi cengkih. Total produksi cengkih tahun ini diperkirakan mencapai 124 ribu ton dengan luas lahan sekitar 561 ribu hektare.

Tanaman cengkih adalah tanaman yang hidup dengan baik pada musim dengan curah hujan yang cenderung rendah. Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu faktor pendukung pertumbuhan produksi cengkih yang membaik, mengingat dalam rilis data BMKG musim hujan di Indonesia baru dimulai pada Oktober 2019 serta sepanjang tahun 2018 curah hujan di Indonesia juga cenderung rendah. Jika hal ini terus berlanjut pada tahun 2020, maka produksi cengkih dimungkinkan juga akan kembali meningkat.

Baca Juga:  Rezim Kiev Wajibkan Tentara Terus Berperang

Berkat produksinya yang tengah baik, harga cengkih memang sedang turun ke kisaran 70 hingga 85 ribu per kilogram dari biasanya yang bisa mencapai Rp 100.000 per kg. Akan tetapi, hal itu diimbangi dengan peningkatan penyerapan produksi cengkih baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selama hal ini masih terjaga, maka minat petani masih besar terutama untuk menyuplai produksi pabrik rokok.

Adapun kebutuhan cengkih untuk pabrik rokok setahun adalah 115,32 ribu ton atau menyerap hingga 93% produksi nasional dan sisanya digunakan untuk obat-obatan, kebutuhan farmasi dan bumbu-bumbuan. Sehingga dari sisi industri, produksi dalam negeri telah memenuhi kebutuhan sektor pengolahnya.

Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa Indonesia sebenarnya telah swasembada cengkih. Meskipun dengan produksi yang fluktuatif, pabrik rokok dan industri pengelola dapat menyiapkan buffer stok dan menyimpan cengkih. Sama halnya seperti alkohol, kualitas cengkih akan meningkat seiring dengan lama waktu dia disimpan.

Berdasar hal itulah, selayaknya prestasi produksi cengkih ini mulai diperhatikan. Permintaan cengkih dari dalam dan luar negeri yang terus bertambah harus diimbangi dengan produksi cengkih yang massif demi meningkatkan pendapatan nasional dan juga kesejahteraan petani lokal. Hal ini dapat diupayakan dengan melakukan rehabilitasi terhadap lahan cengkih yang rusak, pemberian insentif kepada petani baik berupa bibit maupun penanganan hama penggerek batang cengkih. Jika hal itu dilakukan ekspor cengkeh akan menjadi komoditi yang semakin menjanjikan.

Baca Juga:  Keingingan Zelensky Meperoleh Rudal Patriot Sebagai Pengubah Permainan Berikutnya?

Penulis: Ouditiana Safitri, Pemerhati Cengkeh

Related Posts

1 of 3,049