Kemarau
sumur dan rumput
kusam berkalang gersang
seakan nyawa telah tercabut
sebelum kematian sebenarnya tiba
debu semakin ringan
dan matahari kian buas
seolah hendak menelan penghuni bumi
Loteng, 4 Oktober 2015
Puing Dermaga Ampenan
lumut yang merayap
di dinding masjid, kelenteng dan pura itu
adalah mural jejak kupu-kupu kuning dan syahbandar menyandar
menjelang magrib di Pantai Ampenan
pasir selegam malam terlampuh pasang yang malas
muaranya. kupadu puing dermaga,
langit madu dan gelepar syahdu
ke dalam pigura lanskap
Lombok, 20 November 2014
Membakar Danau
jalanan berlari ke tengah air
buku sekolah membakar pasar
atap berugak membakar keramba
kembang taman membakar danau
bianglala membakar mata
beton-beton membakar lidah
mayat-mayat di atas abu
seperti malam tanpa lampu
Tunjung Beru, 25 Februari 2015
Baca Juga:
- 5 Puisi Cinta Paling Menggairahkan Karya Rendra buat Sunarti
- Merinding, Ini Puisi-Puisi Kematian Karya Penyair Indonesia
- Enam Puisi Natal Penebar Damai di Bumi
Simak di sini: Puisi Indonesia
Lamuh Syamsuar, Lahir di Lombok Tengah. Menyelesaikan Studi S1 di IKIP Mataram. Puisi-puisinya pernah disiarkan di Suara NTB, Lombok Post, Jurnal Sastra Santarang, Bali Pos, Riau Pos dan Buana Kata.co. Buku puisi pertamanya Secauk Pasir Kesunyian (2014).
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].