NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kelompok anti Islam diduga kembali memainkan isu khilafah di Pilpres 2019. Aktivis kemanusiaan, Natalius Pigai mengungkapkan permainan isu khilafah yang kini semakin kencang dihembuskan menjelang perhelatan Pilpres 2019. Menurutnya, isu khilafah sudah lama dipakai CSIS, LB Moerdani dan anak didiknya seperti Hendropriyono, Luhut Binsar Panjaitan dan Megawati untuk membungkam lawan politik.
Kata Pigai, berbagai bukti telah menegaskan adanya fakta tersebut. “Berikut saya sebutkan momentum penggunaan isu khilafah dan Islam radikal sebagai alat justifikasi untuk membungkam lawan-lawan politik,” katanya, Jakarta, Minggu (31/3/2019).
“Soal khilafah ini telah lama dihembuskan sebagai alat propaganda politik CSIS, Beni Moerdani, Hendropriyono, diikuti oleh anak didik mereka Luhut Binsar Panjaitan, Megawati,” sambungnya.
Pertama, tahun 80-an isu khilafah dimunculkan demi pelaksanaan Pancasila sebagai asas tunggal. Dilanjutkan dengan rentetan kejahatan penembakan misterius dipimpin LB Moerdani, gurunya Hendropriyono dan Luhut Panjaitan.
Baca juga: Arief Poyuono Sebut Isu Pancasila vs Khilafah, Gerakan Kanalisasi yang Dioperasikan Hendropriyono
Kedua, isu khilafah menjustifikasi peristiwa Talangsari dan Tanjungpriok. Umat menjadi korban, Islam tidak mendapat ketidakadilan di negeri ini.
Ketiga, soal khilafah umat islam terpinggirkan bahkan teralienasi kekuasaan politik negeri ini hampir 40 tahun lebih.
Keempat, CSIS, Beni Moerdani, Asing, bahkan TNI dimanfaatkan melalui isu khilafah agar Soeharto dipaksa berberkuasa 30 tahun.
Kelima, isu khilafah juga mengamputasi kesempatan dan peluang Habibie untuk menjadi presiden melalui penolakan pertanggungjawaban SU MPR 1999. BJ Habibie tidak punya kesempatan mengabdi kepada negara, walaupun melalui pemilihan yang demokratis.
Keenam, isu khilafah jugalah yang dipakai oleh mereka untuk membatasi seorang Jenderal TNI patriotik Prabowo Subianto untuk berkuasa di negeri ini. Desain intelijen memunculkan isu radikalisme terlihat dari pernyatan Wawan Purwanto juru bicara BIN tentang sejumlah mesjid terpapar radikalisme, pernyatan Wawan bisa diduga sikap BIN ini telah terbukti nyata isu khilafah dimuculkan melalui skenario untuk mengganggu karier politik Prabowo.
“Isu khilafah sebagai alat propaganda untuk membenturkan Islam Nusantara dan transnasional. Meskipun ukuwah Islamiyah sesama kaum pengikut Mazhab Syafei ahlus sunnah wal jamaah yaitu sebagian NU dan lainnya,” jelasnya.
“Inilah skenario lama yang sudah dipakai dan dihembuskan terus oleh mereka yang haus akan kekuasaan seperti anak-anak didik Beni Moerdani, CSIS, Hendropriyono, Luhut Panjaitan, bahkan Megawati Sukarnoputri juga sejak tahun 1990 sudah dilindungi dan menjadi bagian dari LB Moerdani,” kata tokoh asal Papua ini.
Oleh karena itu, Pigai mengimbau masyarakat Indonesia yang multi kultural, khususnya umat muslim membuka mata hati untuk menenggelamkan skenario busuk yang sedang mengganggu eksistensi integrasi sosial dan integrasi politik di Indonesia.
“Khususnya bagi umat muslim dan kaum beragama yang lain di Indonesia tanggal 17 April 2019 harus mampu menyudahi ketidakadilan selama 73 tahun, atau paling kurang 40 tahun di bawah genggaman CSIS, LB Moerdani dan kelompoknya,” tandasnya.
(eda)
Editor: Eriec Dieda