Rubrika

Kegelisahan Vokalis Anathema Dismorpheus Tentang Kiprah Musik Black Metal di Indonesia

bumiayu, black metal, musik metal, band black metal, anathema dismorpheus, hernandes saranela, bccf, abink kabir ribowo, nusantaranews, nusantara news, nusantara
Black Metal (BM). (Foto: metal-hammer.de)

NUSANTARANEWS.CO, Bumiayu – Vokalis dari grup band Anathema Dismorpheus, Hernandes Saranela mengatakan dirinya sangat gelisah mengamati dan menjalani musik bergenre Black Metal. Menurutnya, band-band beraliran Black Metal sudah tercerabut dari makna black metal yang sebenarnya.

Kegelisahan Hernandes dituangkannya dalam sebuah film dokumenter berjudul Where Do We Go. Film berdurasi 1 jam 45 menit ini menceritakan tentang perjalanan musik Black Metal di Indonesia.

“Film ini dibuat selama lima bulan. Dengan biaya sendiri, tenaga juga sendiri, benar-benar sebuah kerja mandiri, tanpa ada campur tangan pihak manapun,” kata Hernandes dalam acara nobar yang diselenggarakan Bumiayu Creative City Forum (BCCF), Sabtu (29/9). Hernandes juga tercatat sebagai filmaker muda Bumiayu.

Dia mengatakan band-band beraliran Black Metal di Indonesia sudah tercerabut dari makna sebenarnya, bahkan identitasnya.

“Dalam film ini saya ingin menyampaikan perjalanan dan dinamika musik BM di Indonesia, sehingga saya melakukan kunjungan ke beberapa band BM yang cukup berkarakter sebagai representasi BM nusantara,” ujar Hernandes.

Baca Juga:  AHY Dapat Batik Tulis Burung Hong, Inilah Artinya

Sementara itu, seorang musisi senior Bumiayu Abink Kabir Ribowo mengaku dirinya sangat mengapresiasi inisiatif Hernandes mendukomentasikan perjalanan Black Metal dalam bentuk film.

“Film ini bagus, saya sangat apresiasi, ada orang lokal Bumiayu yang mengerjakan film dokumenter sekelas nasional. Dan ini film pertama yang lengkap dengan durasi panjang,” ungkap gitaris Ibu Pertiwi band yang juga seorang guru musik tersebut.

“Film ini adalah otokritik, khususnya buat para musisi pendatang baru, khususnya di Bumiayu, yang keburu merasa menjadi artis. Padahal secara teknik dan soul, mereka belum terlampau mumpuni. Ketidakterbukaan membuat banyak musisi akhirnya terjebak pada stagnasi,” tambahnya. (eda/amj)

Editor: Almeiji Santoso

Related Posts

1 of 3,150