NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – PSI dinilai tengah mempraktekan politik sarkas. Pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin bergembira setelah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memberikan tiga Kebohongan Award kepada Prabowo Subianto, Sandiaga Uno dan Andi Arief. Inilah gaya politik sarkas partai politik yang mengadopsi lambang partai sosialis internasional itu sebagai logonya.
Gaya politik sarkas PSI sejak kemunculannya kerap membuat heboh publik negeri. Politik sarkas adalah sebuah upaya untuk mencemooh, menyakiti lawan politik dan membuat framing kepada masyarakat.
“Apa yang dilakukan PSI ini adalah sebuah praktek politik sarkas. Dalam kasus PSI Award ini tentu hal tersebut bertujuan bahwa ketiga tokoh tersebut sebagai sumber kebohongan. Padahal apa yang disampaikan ketiga tokoh tersebut masih debatebel dan belum teruji bahwa mereka berbohong,” kata pengamat politik dari Indonesia Development Monitoring (IDM), Bin Firman Tresnadi, Jakarta, Sabtu (5/1/2019).
Namun, pendukung Prabowo-Sandi justru menanggapi dan terprovokasi gaya politik yang dimainkan parpol yang elektabilitasnya disebut oleh sejumlah lembaga survei masih nol persen itu.
“Pendukung Prabowo-Sandi ada yang geram, tapi juga ada yang menanggapi dengan santai bahkan membalasnya dengan akan mendirikan Tugu Esmka sebagai simbol kebohongan,” ujar Firman.
Menurutnya, PSI tidak sedang bersungguh-sungguh memerangi kebohongan. Award yang mereka berikan sekadar untuk memojokan lawan politik sekaligus menarik dukungan dari para pendukung Jokowi-Maaruf, agar memilih PSI dengan menunjukan bahwa cara politik mereka berbeda dengan partai-partai pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 01 tersebut.
“Bahwa merekalah garda terdepan pembela Jokowi, lebih kreatif dan lebih inovatif dibandingkan partai-partai lainnya. PSI memang membutuhkan manuver-manuver politik yang menarik perhatian masyarakat untuk dapat lolos ke senayan,” urai Firman.
Dia menambahkan, jika PSI memang bersungguh-sungguh sedang memerangi kebohongan, seharusnya Jokowilah yang mendapatkan award tersebut.
“Karena telah kita ketahui bersama, kebohongan-kebohongan Jokowi begitu kasat mata. Mulai dari kebohongan kecil, seperti tidak pernah memegang bola basket selama 37 tahun atau menggunakan sepeda tidak memakai rem sampai kebohongan besar, kasus mobil Esmka, penyelesaian kasus HAM, kasus impor pangan dan lain sebagainya,” sebut Firman.
(eda/bya)
Editor: Banyu Asqalani