Politik

Keberhasilan Emil Dardak Jadi Rujukan Wacana Kepemimpinan Muda di Pilwali Surabaya

Kota Surabaya. NUSANTARANEWS.CO
Kota Surabaya. (Foto: Jawa Pos)

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Pilwali Surabaya akan digelar setahun setelah pemilihan umum dan pemilihan presiden 2019. Di kalangan masyarakat Surabaya, Pilwali 2020 ini sudah mulai menjadi bahan pembicaraan.

Seperti diketahui, Tri Rismaharini akan mengakhiri kepemimpinannya sebagai walikota Surabaya dua periode pada 2020 mendatang. Sejumlah nama mulai bermunculan untuk menggantikannya. Beberapa di antaranya seperti wakil walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana, Kepala Bappeko Surabaya Ery Cahyadi, Fandi Utomo, Ketua PW Ansor Jatim Gus Abid Umar, Ketua Muda-Mudi Demokrat Jatim Bayu Airlangga, Ketua AMPI Jatim Pranaya Yudha, wakil bupati Trenggalek Nur Arifin, Ketua DPRD Surabaya Armudji hingga mantan Kapolda Jatim Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin.

Baca juga: Era Milenial Menguat, Bayu Airlangga-Gus Abid Dinilai Punya Kans di Pilwali Surabaya

Dari sekian nama yang bermunculan, wacana pemimpin muda dalam suksesi kepemimpinan Kota Surabaya 2020 kini terus dikampanyekan di kalangan masyarakat.

Kesuksesan Emil Elestianto Dardak memenangi Pilgub Jatim 2018 mendampingi Khofifah Indar Parawansa menjadi legitimasi politik terkait wacana kepemimpinan muda.

Baca Juga:  Anton Charliyan: Penganugrahan Kenaikan Pangkat Kehormatan kepada Prabowo Subianto Sudah Sah Sesuai Ketentuan Per UU an

Pengamat politik dari Surabaya Survey Center (SSC) Surokhim Abdussalam misalnya, menyebut tren milenial ke depan akan terus menguat. Dia menilai, dalam Pemilihan Walikota Surabaya (Pilwali) 2020, figur milenial punya kans bersaing dengan kader organik partai yang umumnya politisi senior.

“Mas Emil itu pertama running Pilgub Jatim elektabilitasnya cuma 2 persen. Namun kemudian bisa melesat menjadi 18 persen karena tepat dalam melakukan personal branding,” kata Surokhim, Kamis (27/12) lalu.

Baca juga: Menantu Soekarwo Dinilai Layak Maju Pilwali Surabaya

Senada dengan Surokhim, Renville Antonio menyebutkan bahwa salah satu kesuksesan Khofifah Indar Parawansa memenangi pertarungan, setelah dua kali gagal pada 2008 dan 2013, karena menggandeng Emil Elestianto Dardak yang merepresentasikan generasi milenial.

“Ketika beliau memilih pasanganya mewakili generasi milenial yang saat ini voters-nya sangat tinggi, alhamdulillah bisa meraih suara milenial,” kata Antonio.

Sekadar diketahui, mengacu data KPU Surabaya, Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan ke-2 (DPTHP-2) di Kota Pahlawan untuk Pemilu 2019 sebanyak 2.118.843. Rinciannya 1.035.182 laki-laki dan 1.083.661 perempuan. Artinya ada 1.271.305 milenial yang akan diperebutkan dan mungkin bertambah di Pilwali 2020.

Baca Juga:  Khofifah Layak Pimpin Jatim Dua Periode, Gus Fawait: Sangat Dirindukan Rakyat

Suara lain datang dari caleg DPRD Kota Surabaya Tri Wahyudi. Dirinya mengaku sangat mendukung Pilwali Surabaya muncul tokoh muda sebagai penerus Risma. Dia juga menegaskan, jumlah penduduk dan pemilih Surabaya ke depan didominasi kalangan muda.

Baca juga: Demokrat Siapkan Machfud Arifin untuk Pilwali Surabaya

Bahkan bukan hanya di Surabaya tetapi juga di kabupaten/kota lain di Jatim karena tahun 2019 Jatim mengalami bonus demografi.

“Kalau pemimpin dan masyarakat yang dipimpin bisa saling mengerti apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat, tentu daerah itu akan semakin maju dan hasil pembangunannya bisa dirasakan masyarakat,” ujar politisi muda asal Partai Demokrat ini, Rabu (2/1).

Namun demikian, sejauh ini belum ada nama tokoh yang menonjol sekelas Tri Rismaharini. Itu diakui Sekretaris DPD Partai Demokrat Jawa Timur, Renville Antonio. “Menurut kami Pilwali Surabaya ini menjadi menarik, karena sejauh ini belum ada tokoh yang menonjol sekelas Bu Risma,” kata Renville, Selasa (2/10) lalu.

Baca Juga:  Aglomerasi RUU DK Jakarta

(stya/nsn/bya)

Editor: Banyu Asqalani

Related Posts

1 of 3,051