Puisi

Keadilan dan Tukang Cukur – Puisi Jose Rizal Manua

TUKANG CUKUR

Meski mematuhi apa yang diminta
Tukang cukur
Bisa memegang kepala siapa saja
Jangankan kepala pejabat dan konglomerat
Kepala hakim
Kepala maling
Kepala polisi
Kepala politisi
Kepala menteri
Kepala jenderal
Dan,
Kepala presiden
Bahkan kepala rajapun dipegangnya
Mereka semua akan segera menunduk
Kalau tukang cukur memerintahkannya

Jakarta, 10 Januari 2017

KEADILAN

Aku cari yang bernama keadilan
Aku cari hingga ke pelosok-pelosok negeri
Aku pergi ke pasar, ke supermarket
Aku lihat seorang copet berdarah-darah
Terkapar kemudian di bakar
Tapi keadilan tak kujumpai di sana
Aku pergi keseberang pulau
Aku lihat seorang anak berkelahi
Dengan temannya yang lebih besar
Dan keduanya lebam-lebam
Tapi anehnya
Si anak yang miskin, yang badannya lebih kecil
diseret ke pengadilan, dinyatakan bersalah,
lantas di penjara bersama penjahat kambuhan
Tapi yang namanya keadilan tak juga ada
Di manakah ia gerangan?
Kata tetanggaku yang pernah tinggal
Di Malaysia dan Singapura
Keadilan itu semacam hukum
Yang benar-benar hukum.
Kira-kira yang bagaimana itu, ya?

Aku tak putus asa.
Aku cari yang bernama keadilan
Aku cari hingga ke pelosok-pelosok negeri
Aku mendengar kasak-kusuk dan bisik-bisik
Di berbagai instansi sosial dan moral
Kemudian diam-diam mereka saling berbagi
Inikah keadilan itu?
Ternyata bukan. Aku tertipu!
Karena amplop-amplop itu
Hanya berpindah dari satu ke dua tangan
Aku pergi ke bank dan kembali ke pengadilan
Aku lihat tiga bankir bersorak girang
Setelah vonis bebasnya diputuskan hakim
Padahal uang simpanannya melimpah ruah
Tidak habis untuk tujuh turunan

Aku tertegun, heran dan kapiran
Matahari sudah tidur di peraduan
Pertengkaran tetangga sebelah
Memecah kesunyian
Lima anak mereka yang sama kurusnya
Menangis tak kunjung henti
Perut-perut lapar itu berontak minta diisi
Suami pulang tak membawa rejeki
Lebatnya hujan meredupkan pendengaranku
Di dalam tidur aku bermimpi
Di mana orang saling berbagi
Saling hormat-menghormati
Di tengah daulat hukum yang hakiki

Jakarta, 8 Maret 2006

*Jose Rizal Manua, lahir di Padang, Sumatera Barat, 14 September 1954. Penyair dan dramawan yang sekaligus pendiri teater anak-anak, Teater Tanah Air (1988), yang meraih juara pertama pada Festival Teater Anak-anak Dunia ke-9 di Lingen, Jerman, tanggal 14-22 Juli 2006. Tahun 1975 mendirikan Teater Adinda bersama Yos Marutha Effendi dan tahun 1986 mendirikan Bengkel Deklamasi Jakarta. Selain itu ia juga adalah seorang pemeran dan pengisi suara dalam beberapa film seperti Oeroeg (1993), Kala (2007), Fiksi (2008), Asmara Dua Diana (2009), dan Meraih Mimpi (2009). Penghargaan lain yang pernah diraih yaitu bersama Teater Tanah Air (TTA) meraih The Best Performance dan meraih medali emas di The Asia Pacific Festival of Children Theatre 2004, yang diadakan di Toyama, Jepang.

Related Posts

1 of 124