Puisi Muhammad Rifki
Sore Ini, Mak
sore ini, dengus surau menduri sebagai ingatan tentang Mak.
senja retak ditikam khawatir-khawatir
sebelum jari malam mengepal, airmata rebah dalam genggaman
sebab lancip lelaku anaknya
sore ini, Mak bagiku sesak dada dirajam rindu.
masih membara api pelukan Mak saat ia baca
sepi di wajah anaknya
sore ini, anakmu menyetubuhi airmata, Mak
lenguh maaf karam di pelupuk sebelum
disapu hujan, mengelupas kulit untuk dihuni cinta
selama tujuh tahun jarak mencukur usia
Mak, sore ini aku ingin mengucap
Menyayangimu
pada sesosok bayangan kaca
Senja Al Falah, 09 Nov 2016
*Mak : ibu
Baca Juga Puisi Pilihan:
- Marhaban, Ya Ramadan
- Pintu Rezeki dan Sehari Sebelum Ramadan Kembali Lagi
- Di Rumah Ramadan
- Marhaban Ramadan
- Tadarus 23 Ramadan
Pak, Tolong Ajari
pak, tolong ajari sajak-sajak sabda pekerti. pengerti hati
agar tak menjual kecengengan
tuk dibesar-besarkan
sebagai rusuh hati
pak, tolong ajari
rendah diri dan meluluh hati
sebab yang kerap bertengger
di dinding hati
sikap angkuh tak tau diri
kami lupa diri
pak, tolong ajari
apa itu arti berbagi
sebab di sepanjang jalan terlewati
bocah-bocah menangis lapar
menagih sesuap bahkan secuil
dari sisa tulang belulang
yang utuh, belum berdebu
layak dimakan
pak, tolong ajari
sikap saling mengasih dan memeluk hati
bukan gemuruh serta saling tuding
saling anarki. beradu hati
yang, di setiap sudut-sudut sepi
teriris luka dari mulut setajam belati
pak, tolong ajari
tentang damai dan tentram hati
serta lidah-lidah kami tak lagi kelu
dan lesu berucap syukur untuk al gafuur
tak keruh. tak rusuh
jangan ajari, pak
kami melupa diri
kehilangan hati
pun hingga airmata menetas
milik bocah-bocah kehilangan angan
adalah sesia onggok yang terbuang
tolong pak, jangan ajari
tentang dendam hati, memusuhi
luka dibayar luka
tak puas
maka buas menuntut balas
dan kami
kembali melupa diri
Al Falah Putera, 18 Januari 2017
Kawan Sepi
bertahun-tahun telah kucumbui kesepian
telah kubaca setiap punggung Desember
atau lekuk bibir Januari
satu rongga di mana rasa rindu tergeletak di keranda
lidah-lidah kesunyian
bercerita tentang malam dingin
dan angin menggoncang ranjang sunyi
tempat aku rebah
dan mengandung janin rindu
“di mana letak tawa kita dulu
pada sosok gerimis
atau dinding hati ringkih
untuk menetap di pelukmu”
hingga gurat tuaku tertawa
menyumpahi detak waktu
dan hari berkidung sepi
sampai purnama menggigil
kau masih membiarkan aku
dan rumah ini
kehilangan detak jantung
Asyura, 11 Oktober 2016
Muhammad Rifki, lahir di Anjir Pasar, 13 Agustus 1998, adalah salah seorang santri di Pondok Pesantren Al Falah Putera, Banjarbaru. Bergiat dalam organisasi kepenulisan Forum Pena Pesantren/FPP dan Komunitas Pembatas Buku Jakarta. Kini ia tinggal di Pondok Pesantren Al Falah Putera Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Untuk mengenalnya lebih bisa melalui akun Fb-nya; Rifki M atatu email [email protected].
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].