PolitikTerbaru

Kaukus Pancasila Kutuk Aksi Bom Medan

teeror bom meda
Pelaku Aksi Bom Medan/Foto Istimewa

NUSANTARANEWS.CO – Kaukus Pancasila mengutuk keras insiden bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan, Minggu (28/8) petang. Aksi teror bom tersebut menunjukan bahwa pemerintah telah gagal dalam memberantas siar kebencian, serta lemahnya program deradikalisasi yang telah dijalankan oleh pemerintah selama ini dilakukan.

“Meskipun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, aksi teror bom ini telah berhasil menciptakan rasa takut kepada umat katolik yang hendak melaksanakan ibadah dalam suasana aman,” kata Wakil Koordinator Kaukus Pancasila, Eva Kusuma Sundari, di Jakarta, Senin (29/8).

Eva mengatakan, aksi kejahatan tersebut merupakan bagian dari perang proksi. Pasalnya, pelaku yang belum genap berusia 18 tahun, telah dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga berani melakukan aksi yang sulit diterima akal sehat.

Karena itu, Eva meminta pihak Kepolisian harus mampu mengungkap otak dibalik peristiwa ini. Jangan biarkan, kata dia, anak-anak Indonesia terus menjadi korban manipulasi pihak tertentu yang mengambil keuntungan dalam perang proksi ini.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Bimtek Pengelolaan Keuangan Daerah

Kaukus Pancasila juga mengkritisi program deradikalisasi yang dinilai gagal dalam menghapuskan aksi teror yang sampai saat ini terus terjadi. Program deradikalisasi pada faktanya tidak menjangkau meluasnya siar kebencian di tengah-tengah masyarakat.

“Siar kebencian yang meluas akan mendorong berbagai aksi teror dengan sasaran secara acak, baik dilakukan oleh individu maupun kelompok” ungkap Eva. Politikus PDIP itu menambahkan, Kaukus Pancasila menuntut agar program deradikalisasi dapat pula diorientasikan dalam melawan siar kebencian. Program deradikalisasi, katanya, harus diperluas dengan menggunakan strategi konstitusi. “Pendekatan agama saja tidak lah cukup” kata Eva.

Senada dengan Eva, anggota Kaukus Pancasila lainnya, Maman Imanulhaq menegaskan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kepolisian RI harus menjelaskan kepada masyarakat atas sikap lengah aparatnya. Maman prihatin atas kinerja intel yang tidak mampu mendeteksi sebelum aksi tersebut terjadi.

Anggota Komisi VIII DPR ini menilai kinerja Kementerian Agama gagal  membangun budaya toleransi di masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda. “peristiwa ini merupakan bukti nyata bahwa intoleransi dan radikalisme telah merasuk ke generasi muda bangsa. Ini sangat berbahaya” tegasnya. (Rafif/Achmad)

Baca Juga:  123 Jamaah Selesai Mengikuti Manasik IPHI Kota Banda Aceh

 

Related Posts

1 of 3