Budaya / SeniPuisi

Kau Tertap Ada Tanpa Aku Dekap dengan Sedih dan Tawa

Lukisan di atas kanvas, Tukang cukur Sedih dari baik kali kekejaman/Ilustrasi nusantaranews/lukisan asli via id.aliexpress.com
Lukisan di atas kanvas, Tukang cukur Sedih dari baik kali kekejaman/Ilustrasi nusantaranews/lukisan asli via id.aliexpress.com

Puisi M Ramli Sa’ed*

KAU TETAP ADA TANPA AKU DEKAP DENGAN SEDIH DAN TAWA

Aku sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku. Dulu, aku hanya menyadari bahwa kau adalah salah satu di antara mereka yang aku sukai. Tak lebih dari itu. Atau mungkin lebih namun aku tidak pernah  menyadarinya. Aku tidak tahu. Mungkin saja itu terjadi di alam bawah sadarku. Apa yang aku lakukan sekarang, tak lain hanya ingin mendengar sepenuhnya apa yang sebenarnya hati ingin katakan saat ini. Aku tidak pernah berniat untuk menulis tentangmu, apalagi mengingat semua yang pernah aku jalani bersamamu. Aku tidak punya banyak kisah bersamamu. Aku juga tidak punya banyak kenangan indah bersamamu. Bahkan aku juga merasa kita tidak pernah menjalin hubungan apa-apa. Hanya saja dulu kita suka lupa, sering terhanyut dalam pandangan dan rasa yang sama. Barangkali kisah terindah di antara kita hanya terjadi di alam bawah sadar saja.

Saat ini aku teringat kembali kejadian itu. Kejadian dimana kecupan tiba di pipimu. Kejadian dimana saat kamu merebahkan keningmu di dada, sesekali memeluk dimana saat kau merasa tidak mampu menatapku. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya waktu itu kamu rasakan. Malukah? Atau sebenarnya takut kehilangan?. Disitu aku hanya menyadari bahwa kau sebenarnya sangat berat untuk melepasku. Dalam sebuah kehidupan akan banyak hal yang akan kita inginkan. Dan dalam sebuah perjalanannya akan banyak hal baru yang akan kita temukan. Mungkin disitu kita akan tahu dan menemukan sebuah jawaban dari sebuah harapan. Bahwa tidak semua keinginan harus selalu di wujudkan. Terkadang kita harus mimilih melawannya dengan sebuah keikhlasan, menerima dengan kepedihan dan harus senantiasa tetap kembali kepada sang Ilahi, dalam keadaan apapun. Karena sesuatu yang menurut kita baik belum tentu baik dimata Tuhan. Dan percayalah apapun yang terjadi, hanya itu yang terbaik untuk kita.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Tangerang, 30 Juni 2018

KITA TIDAK AKAN PERNAH BISA MENGALAHKAN SEBUAH RASA

Caramu menghindar dariku membuatku kesal padamu. Aku merasa kamu bukan orang yang layak untuk di perjuangkan. Kamu egois, kamu hanya bisa memikirkan diri sendiri, tak pernah mau mengerti apa yang sedang aku rasa. Saat itu selalu membuatku bertanya-tanya pada diri sendiri. Aku tidak memaksa kamu untuk tetap berada disini bersamaku. Dengan ikhlas akan aku izinkan kamu pergi jika memang itu yang terbaik menurutmu. Bukan karena tak sayang lagi, melainkan karena kepedulianku terhadapmu. Aku tak ingin kamu bersedih, apalagi karenaku. Kamu juga berhak memilih untuk hidupmu sendiri. Kamu selalu diam ketika aku tanya apa salahku. Namun kamu selalu menolak ketika aku menuduh; “Mungkin kamu sudah tak lagi mencintaiku”. Kenapa? Kenapa bisa begitu? Lantas kenapa kamu ingin pergi dariku? Apa maksud dari semua ini? Kamu harus tahu, aku bukan buih yang mengapung di tengah lautan. Aku bukan debu-debu yang beterbangan di udara. Barangkali aku sama sepertimu, dimana tidak akan pernah rela jika ditinggal tanpa sebuah alasan.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Aku berhak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, sekali pun sudah tak dapat di harapkan lagi keberadaanmu disini. Aku tidak ingin menyalahkan siapa-siapa dalam hal ini. Jika memang kau harus tetap pergi, maka aku juga akan pergi. Aku tidak bisa diam sendiri disini, pejalananku masih panjang. Aku akan pergi dengan alasanmu yang mungkin selalu aku usahakan menerima dengan sebuah kesadaran. Apapun alasanmu, sedikit pun tidak akan membuatku memaksa dirimu untuk tetap berada disini bersamaku. Sekalipun alasanmu tak seharusnya membuat kamu pergi. Begitu juga dengan niatku. Apapun alasanmu juga tidak akan dapat mempengaruhi niatku untuk pergi.

Tangerang, 22 Juni 2018.

Baca Juga:

Ramli Sa’ed adalah nama pena dari Moh. Romli, lahir di Bicabi Dungkek Sumenep Madura 12 Januari 1995, bergiat di Sastra Gubuk Reot Dungkek Pesisir Sumenep. Ia seorang remaja yang ingin mengelilingi dunia dengan Sastra. Dan saat ini ia sedang menebus Takdirnya di Jakarta. Kumpulan Puisi Terbarunya: MISTERI CINTA PERTAMA (2018). Karya-karyanya dimuat di sejumlah media cetak/daring diantaranya: Haluan, Medan Bisnis, Riau Realita, NusantaraNews.co, Go Cakrawala, Buana Kata, Satelit Post, Radar Banyuwangi, Linifiksi, Padang Ekspres, Malang Post dan Kabar Madura. Karyanya juga pernah dibukukan bersama di FAM INDONESIA.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,223