Puisi Ahmad Irfan Rauzan
PEREMPUANKU
kau tak akan pernah mengerti
lelahnya hati
bertahun-tahun hidup dalam penjara
sepi
apa yang mampu kulakukan
selain tunduk pada kenyataan.
setelah kutemukan engkau
yang sepi menjelma danau
di sampingnya bunga-bunga bermekaran
juga pelangi kebahagiaan
perempuanku, kubenamkan harapan
yang tak berkesudahan.
padamu, cahaya kedamaian
telah kupilih engkau penghabisan
dalam usia pengembaraan
Serang, 2017
MUTIARA HATIKU
tuhan telah kirimkan engkau padaku
yang mampu membekukan waktu,
dan meniadakan semu.
acapkali kupandang indah senyummu
selalu meninabobokan kegelisahan kalbu
darah dalam jiwaku mengalir deras
seiring senyum yang kau perjelas
dunia yang fana, kini mulai berwarna
adamu di palung hati yang merona
mutiara hatiku, tetaplah teduh
meskipun masalah sering menyentuh
kita akan tetap bersama!
kau yang bermoksa
tak pernah lekang sampai napas tiada!
Serang, 2017
KAU ADALAH RINDU
seperti kemarin sore, saat syamsu telah menguncup ke rahim langit
ada yang terus mendesak di dadaku—
terus bermekaran bagai kembang-kembang mangrove
memenuhi sebidang hatiku
ia menjelma rindu
yang gugur di dalam kalbu
semakin kusapu, semakin kuhanyut di dalam kamu.
Serang, 2017
KAU AIR DI MUARA HATIKU
perempuanku yang tak pernah lekang dari ingatan
kau begitu istimewa dalam kesederhanaan
ucapanmu yang lembut, selaksa kabut
pelan-pelan mengingatmu, pelan-pelan membuka jendela surga
kau begitu bening, terus mengaliri muara hatiku
hingga mendiami samudra dadaku
senyum yang embun menyegarkan kelopak-kelopak kangen,
memekarkan segala rasa yang terpendam,
dan cinta yang semakin dalam.
Serang, 2017
PUJAANKU
menatapmu dari arah yang jauh
harus rela berdesakan dengan tumbuhani
dan hamparan pulau-pulau hijau.
penaka seekor elang yang hendak terbang,
sekadar memandang yang merindang
kau begitu manis!
nyaris aku tenggelam dalam waduk senyummu.
pujaanku, kau bagai akar-akar pohon jati
yang kuat mencengkeram tebing hati
semakin pandangku menyondong,
semakin rindu tidak tergotong.
putik-putik kembang jati berhamburan,
teramat sulit kuhitung keseluruhan
umpama diriku yang mencoba memungut rindu
di antara rindang bulu matamu,
juga senyum yang tak pernah jemu
Serang, 2017
Ahmad Irfan Fauzan, lahir di Brebes, Desember 1992. Kini mukiim di Serang, Banten. Suk dunia menulis sejak 8 tahun lalu. Karyanya dibukukan dalam berbagai antologi bersama, wartalambar, dan majalah simalaba.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]