Berita UtamaEkonomiFeaturedTerbaru

Kata Luhut: Kontribusi Freeport di Indonesia Tidak Seperti Yang Dibayangkan

NUSANTARANEWS.CO – Presiden Joko Widodo mengatakan sudah tiga tahun negosiasi dengan Freeport belum membuahkan hasil sama sekali. Meski begitu Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengabarkan bahwa PT Freeport Indonesia tahun ini telah menyetorkan deviden ke Pemerintah sebesar Rp 1,4 trilyun. Hal tersebut dibenarkan oleh Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani.

“Betul Freeport setor Rp 1,4 triliun dan sudah dibayar sampai dengan November 2017,” kata Askolani kepada detikFinance, Sabtu (23/12/2017).

Askolani mengatakan, pembayaran ini adalah indikasi baik dari Freeport. Pasalnya tahun lalu perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut tidak ada setoran ke negara.

Ada benarnya apa yang dikatakan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara pemaparan 3 tahun Pemerintahan Jokowi-JK, di mana saat berbicara mengenai pembangunan di Papua, Luhut menyebut konstribusi perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) itu tidak sebesar yang dibayangkan.

Jadi wajar saja bila berdasarkan data Freeport, total dividen yang disetor pada pemerintah Indonesia sejak 1992 sampai 2015 hanya sebesar US$ 1,287 miliar.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Resmikan Pemanfaatan Sumur Bor

Lalu royalti yang dibayar sejak 1992 hingga 2015 totalnya cuma US$ 1,769 miliar. Adapun total pembayaran pajak dan pungutan lainnya US$ 13,085 miliar. Pajak dan pungutan ini meliputi PPh Badan, PPN, Iuran Tetap, Pajak Penghasilan Karyawan, PDBR, Bea Masuk, Pajak dan Retribusi Daerah.

Freeport juga mengklaim berkontribusi sebesar US$ 32,5 miliar terhadap perekonomian Indonesia dari pembayaran gaji karyawan, pembelian dalam negeri, pengembangan masyarakat, pembangunan daerah, dan investasi dalam negeri.

Padahal sejak tahun 1966, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A. Maley, menulis sebuah buku berjudul “Grasberg” setebal 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki deposit terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar didunia.

Dalam tulisannya Maley memaparkan bahwa data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar dollar AS dan masih akan menguntungkan untuk 45 tahun ke depan. Menariknya Maley dengan bangga mengatakan bahwa biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan biaya yang termurah di dunia.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan BP2MI Tandatangani MoU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Saking rakusnya, Freeport kemudian membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapura sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru dimana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika.

Namun sekarang FreePort bingung dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang tidak mengizinkan lagi ekspor biji mentah, tapi harus diolah dulu melalui smelter. Bayangkan bila sampai hari ini sedikitnya 10 miliar kg emas (1 kg US$ 41.000) yang dikeruk dari bumi Papua hanya dinikmati oleh Amerika.

Menurut reporter CNN yang diizinkan meliput areal tambang emas Freeport dari udara dengan helikopter pada tahun 1990-an – gunung emas tersebut sudah berubah menjadi lembah yang dalam. Semua emas, perak, dan tembaga yang ada digunung tersebut telah dikuras dibawa ke Amerika, meninggalkan limbah beracun yang mencemari lingkungan tanah orang Papua yang sampai hari ini masih hidup bagai di zaman batu. (Banyu)

Related Posts

1 of 54