Rubrika

Kata Kemenag, Mahasiswa Bukan Intelektual di Menara Gading

Ruchman Basori Kasi Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama RI, saat menggembleng mahasiswa baru, peserta Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Ternate, (FOTO: Dok. Kemenag)
Ruchman Basori Kasi Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama RI, saat menggembleng mahasiswa baru, peserta Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Ternate, (FOTO: Dok. Kemenag)

NUSANTARANEWS.CO, Ternate – Mahasiswa bukan intelektual yang ada di menara gading, tetapi dia hadir ikut menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat. Dengan potensi yang dimilikinya, ia akan menjadi kekuatan strategis untuk menyuarakan keberpihakan kepada kelompok yang lemah (mustadh’afin).

Pernyataan itu disampaikan Ruchman Basori Kasi Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama RI, saat menggembleng mahasiswa baru, peserta Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Ternate, pada Minggu (26/8).
Karenanya mahasiswa kata Ruchman, sering dijuluki sebagai agen perubahan sosial (the agent of social change), agen intelektual (the agent of intelctual) dan agan pembangunan (the agent of development).
Dihadapan 1.213 mahasiswa baru IAIN Pontianak, Aktivis Mahasiswa ’98 ini mengingatkan agar mahasiswa sebagai calon-calon pemimpin bangsa, untuk peka terhadap fenomena sosial keagamaan dan kebangsaan yang akhir-akhir ini muncul. Salah satunya adalah munculnya kelompok intoleran dan radikal yang mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Masalah lainnya kata Alumni IAIN Walisongo ini adalah munculnya kelompok yang mempertanyakan konsensus nasional seperti Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. “Pancasila dianggap sudah tidak relevan lagi untuk bangsa ini dan ingin menggantinya dengan idiologi khilafah”, katanya.
Ruchman Basori berharap mahasiswa baru kelak akan menjadi sarjana-sarjana yang mencintai Islam dan sekaligus mencintai Indonesia, bukan pribadi yang terbelah. “Antara ke-Islaman dan ke-Indonesiaan menjadi ruh dan semangat perjuangan menjawab tantangan masa depan”, tandas Ruchman.
Sementara itu Samlan H. Ahmad Rektor IAIN Ternate mengatakan untuk menghadapi tantangan modernasisasi dan globalisasi para mahasiswa harus menguasai bahasa asing, setidaknya Bahasa Arab dan Inggris. Selain itu tentu harus mengasah diri agar peka terhadap masyarakat sekitar.
Pihaknya kata Samlan sedang mengembangkan daerah binaan termasuk rencana pendirian Pondok Pesantren yang berlokasi di Sofifi untuk melatih mahasiswa peka pada masyarakatnya.
Samlan juga meminta agar para mehasiswa menjadi bagian penting menebarkan paham Islam yang moderat di tengah pluralitas bangsa.
Adnan Mahmud Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Ternate  mengatakan kemampuan beradaptasi, semangat mencari ilmu dan membangun jejaring intelektual sangat diperlukan bagi mahasiswa baru. “PBAK dimaksudkan agar mahasiswa mengenal kampusnya dengan baik, tradisi dan kultur akademik serta dunia kemahasiswaan”, kata Adnan.
Kegiatan PBAK IAIN Ternate dilaksanakan pada tanggal 24-27 Agustus 2018. Diikuti oleh 1.213 orang tersebar di tiga Fakuktas, yaitu fakuktas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, dan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). (RB).
Editor: M. Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,152