NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wartawan senior, Karni Ilyas mengoreksi pernyataan Mahfud MD soal provinsi yang dulunya disebut ada kelompok Islam garis keras.
Sebelumnya, Mahfud MD dalam sebuah video menyebut sejumlah provinsi yang dulunya dianggap sebagai basis garis keras dalam hal beragama. Dia menyebut di antaranya Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat dan sebagainya.
Pernyataan Mahfud MD lantas menuai polemik, kritik dan protes dari berbagai kalangan.
“Saya katakan dulunya karena alasan pertama dulu DI/TII Kartosuwiryo di Jabar, dulu PRRI di Sumbar, dulu GAM di Aceh, dulu DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel. Lihat di video ada kata ‘dulu’. Puluhan tahun terakhir sudah menyatu. Maka saya usul Pak Jokowi melakukan rekonsiliasi agar merangkul mereka,” ujar Mahfud MD dalam videonya tersebut.
Pembawa acara Indonesia Lawyers Club (ILC) tvOne, Karni Ilyas melalui akun Twitter miliknya mengoreksi pernyataan eks Ketua MK tersebut.
“Sekadar meluruskan Prof Mahfud. PRRI/Permesta bukan pemberontakan dengan ideologi agama. Pemimpin perlawanan Kol Simbolon (Medan), Letkol A Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V Samual (Sul-Ut). Tidak ada hubungannya denga daerah Islam garis keras,” jelas Karni Ilyas.
Sekedar meluruskan Prof Mahfud. PRRI/Permesta bukan pemberontakan dg ideologi agama. Pemimpin perlawanan Kol Simbolon (Medan), Letkol A.Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V. Samual (Sul-Ut). Tidak ada hubungannya denga daerah Islam garis keras. https://t.co/E9NSPtrK04
— Karni ilyas (@karniilyas) April 28, 2019
Diketahui, selain Karni Ilyas, tokoh Minang sekaligus politikus Partai Gerindra, Andre Rosiade juga turut berkomentar terkait pernyataan Mahfud MD.
Andre menegaskan, orang Minang adalah penganut Islam yang taat. “Tapi kami bukanlah garis keras dan radikal,” tegasnya.
“Kami adalah umat Islam yang rahmatallil alamin. Kami orang Minang sangat toleran dalam kehidupan beragama. Semua hidup rukun berdampingan,” sambungnya,” sambung dia.
Kepada Mahfud MD, Andre mengatakan, alasan masyarakat Minang tidak memilih Jokowi di Pilpres 2019 semata karena persoalan ekonomi.
“Karena kehidupan ekonomi yang sulit, cari pekerjaan susah, harga sembako di pasar tidak terjangkau, listrik mahal, pupuk mahal dan lain-lain Mudah-mudahan Prof Mahfud MD paham penjelasan saya ini. Salam hormat,” ungkapnya.
Namun demikian, Mahfud MD berkukuh dirinya tidak salah mengeluarkan pernyataan terkait wilayah yang dulunya pernah ada kelompok Islam garis keras. Dia mengklaim, pernyataan tersebut berdasarkan fakta sejarah.
“Generasi yang lahir sejak tahun 1970-an banyak yang tidak tahu bahwa dulu ada itu. Sekarang sih tidak. Di mana salahnya saya mengatakan itu? Itu kan sejarah? Makanya saya usul agar Pak Jokowi merangkul mereka dengan rekonsiliasi segera agar pembelahan tidak berlanjut sampai 2024,” kata dia.
(eda)
Editor: Eriec Dieda