Politik

KAPAL Perempuan : Pemahaman Kebhinekaan Penting Dimasukan Kedalam Kurikulum Pendidikan

Direktur Institut KAPAL Perempuan, Misiyah/Foto: dok. satuharapan
Direktur Institut KAPAL Perempuan, Misiyah/Foto: dok. satuharapan

NUSANTARANEWS.CO – Belakangan ini masyarakat Indonesia diramaikan dengan isu dan pemahaman ‘Kebhineka Tunggal Ikaan’, hal tersebut menyusul munculnya permasalahan  yang berbau ‘Sara’ di negeri ini. Acara kebhinekaan seringkali dilakukan sejumlah organisasi agama baik kristen maupun islam. Isi dari pembahasan tidak jauh berbeda dari setiap acara yang digelar disetiap tempat dan waktunya.

Pertanyaannya bagaimana lantas nilai Kebhineka Tunggal Ikaan ini bisa langsung menyasar ke kalangan bawah? Mengingat mereka adalah masyarakat yang bersentuhan langsung dengan setiap polemik yang terjadi di negeri ini, apalagi jika itu menyangkut ‘sara’?

Direktur Institut KAPAL Perempuan, Misiyah mengatakan pemahaman-pemahaman tentang kebhinekaan sangat penting dipelajari, mengingat bangsa Indonesia ini sangat pluralis. Sehingga pemahaman tentang kebhinekaan harus ditanamkan sejak dini, caranya dengan memasukan pemahaman tersebut ke dalam kurikulum pendidikan.

“Saya rasa memasukan pemahaman kebhinekaan ke dalam kurikulum pendidikan sangat penting, karena disinilah negara kita berperan,” ucapnya di Jakarta.

Dia bercerita saat ini, di sekolah-sekolah negeri baik SD, SMP, maupun SMA sudah terjadi sekat antar anak muridnya. Sekat itu tidak lain karena adanya perbedaan agama, suku, dan ras.

Baca Juga:  Relawan Lintas Profesi Se-Tapal Kuda Deklarasi Dukung Khofifah di Pilgub Jatim

Sekat itu lanjut dia bersumber dari guru itu sendiri, yang tidak lain, karena tidak adanya pemahaman yang baik dari guru apa arti dan makna Kebhinekaan.

“Nah negara penting untuk hadir di dalam kurikulum pendidikan. Sehingga guru-guru mau belajar kebhinekaan itu sendiri, sehingga mereka mau mengajarkan kebinekaan itu sendiri kepada murid-muridnya,” tukasnya.

Hal senada disampaikan oleh Konferensi Waligereja Indonesia, Romo PC Siswantoko. Namun kata dia, pemahaman kebhinekaan tidak akan sempurna tanpa ada contoh yang baik dari masyarakat sekitar.

“Justru saat ini tugas para RT, RW, atau lurah sebagai garda terdepan sosial memberikan contoh bagaimana membangun hidup yang harmonis dalam perbedaan,” imbuh Romo.

Misalnya jika ada tetangga kita yang non-muslim terkena bencana, RT, RW, atau lurah setempat bisa menghimbau masyarakatnya untuk saling membantu. Tanpa melihat agama, suku, maupun ras yang dibantu.

“Nah dialog kehidupan seperti itulah yang seharusnya dilakukan. Hal-hal seperti ini Ini menjadi sebuah kebiasaan yang perlu dibangun,” ucap dia.

Baca Juga:  JKSN Jatim Deklarasikan Dukungan Khofifah-Emil Dua Periode

“Saya rasa kalau ini menjadi program bersama diseluruh Indonesia, ini bakal menjadi sebuah gerakan kebhinekaan yang luar biasa,” tutup Romo. (Restu)

Related Posts