Gaya HidupTerbaru

Kamu Pilih Mana: Jadi Sosok Menyenangkan atau Pencari Status?

NUSANTARANEWS.CO – Seorang psikolog klinis telah menamukan dua jenis popularitas yang terdapat pada diri seseorang. Dan dua jenis popularitas tersebut ada sisi baik dan buruknya.

Dalam buku terbarunya berjudul Popular: The Power of Likeability in a Status-Obsessed World, Mitch Prinstein berpendapat bahwa jenis popularitas yang coba dilakukan seseorang benar-benar telah menjadi sangat penting.

Prinstein, yang merupakan seorang direktur psikologi klinis di University of North Carolina kemudian membagi poluraitas menjadi dua jenis.

Pertama, mereka yang ingin menjadi sosok yang menyenangkan. Kedua, mereka yang hanya sekadar mencari status. Dia menemukan bahwa orang-orang yang mencari kesukaan cenderung berada dalam hubungan yang lebih sehat dan lebih baik, memiliki karir yang lebih memuaskan, dan cenderung mampu bertahan di posisinya dalam waktu yang lama.

Sebaliknya, pencari status cenderung lebih sering cemas, depresi dan mengalami masalah kecanduan.

Jadi, kenapa orang cenderung mencari status?

“Sebagian besar dari kita bingung mau memilih jenis popularitas yang mana, dan cenderung salah memilih,” kata Prinstein seperti dikutip The Independent.

Dia berpendapat bahwa pencarian status umumnya terjadi di fase masa remaja saat berproses tumbuh menjadi orang dewasa. Namun sekarang, media sosial telah mengubah dunia menjadi sumber pengetahuan dan sekolah.

Baca Juga:  Anton Charliyan: Penganugrahan Kenaikan Pangkat Kehormatan kepada Prabowo Subianto Sudah Sah Sesuai Ketentuan Per UU an

“Dunia telah menjadi sekolah menengah yang abadi. Kita bisa hidup dalam pola pikir remaja sepanjang sisa hidup kita jika kita tidak hati-hati,” ujar Prinstein.

Dia juga mengklaim bahwa wanita di sekolah menengah lebih cenderung mencari status daripada mengejar kesenangan, berbeda dengan pria yang biasanya mengikuti campuran keduanya.

Prinstein mengemukakan hal ini pada bagaimana wanita disosialisasikan untuk menggunakan ‘agresi relasional’ dan untuk mendominasi orang lain daripada membentuk hubungan dengan mereka.

Wanita, menurutnya, kerap dicitrakan menjadi orang baik dalam sebuah hubungan, sementara pria dicitrakan sebagai orang yang baik dalam mengerjakan suatu tugas.

“Oleh karena itu untuk menempatkan seorang wanita, anda secara sosial mengecualikannya dan membuatnya merasa canggung, karena pria yang anda tunjukkan membuatnya merasa lemah,” kata Prinstein lagi.

Prinstein mengatakan bahwa orang tua dapat mendidik anak-anak mereka untuk memikirkan mengapa mereka menyukai seseorang yang ‘populer’. Apakah karena menyukaianya, atau karena mereka takut?

Baca Juga:  Film Lafran Tayang Spesial Untuk HUT ke-77 HMI

“Ada kekuatan mengagumkan dari kenangan remaja untuk mempengaruhi apa yang kita lihat. Mematahkan siklus awal bisa berarti bahwa setiap fase pencarian status remaja bisa menjadi sebuah fase,” ucapnya. (ed)

Editor: Redaksi/NusantarNews

Related Posts

No Content Available