Ekonomi

Kampus Motor Penggerak Revolusi Pertanian Modern

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Foto NusantaraNews.co/RAS)
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Foto NusantaraNews.co/RAS)

NUSANTARANEWS.CO, Makassar – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa yang merubah peradaban bukanlah politik melainkan pengetahuan dan politik. Karena itu, menurut Mentan yang dapat menggerakkan revolusi pertanian modern ialah segenap sivitas akademika, dimana kampus merupakan tempat generasi muda belajar dan berinovasi sehingga teknologi pertanian modern lahir.

“Bukan politik yang merubah peradaban tapi pengetahuan dan teknologi. Kampus menjadi motor penggerak yang melahirkan inovasi teknologi dan generasi muda pertanian milenial,” kata Mentan Amran melalui keterangan resminya, Jumat (14/12/2018).

Pernyataan disampaikan saat Mentan memberikan kuliah umum di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Kamis (13/12) kemarin. Pada kesembata itu hadir Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Prof. Baharuddin, Mantan Kepala Badan Litbang Pertanian, Prof. Andi Muhammad Syakir, para dosen dan ratusan mahasiswa.

Guna memberikan motivasi kepada mahasiswa. Mentan mengemukakan kurun waktu 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK yakni 2014 hingga 2018, kinerja pembangunan pertanian Indonesia sangat membanggakan. Capaian gemilang yang ditempuh yakni inflasi pangan turun drastis dari 10,57% menjadi 1,26%.

Baca Juga:  Pengangguran Terbuka di Sumenep Merosot, Kepemimpinan Bupati Fauzi Wongsojudo Berbuah Sukses

“Capaian pemerintah di sektor pertanian di bawah kendali Menteri alumnus Fakultas Unhas ini terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Inflasi pangan awalnya 10,57 persen menjadi 1,26 persen. Kalau inflasi naik, kemiskinan naik dan kalau inflasi turun jauh, petani yang merugi. Ini posisi ideal, ukuran pertumbuhan ekonomian Indonesia,” bebernya.

Capaian berikutnya, lanjut Amran, ekspor pangan naik 29,7% nilainya Rp 1.360 triliun dan investasi naik 110% nilainya Rp 94,2 triliun. Selain itu, kontribusi sektor pertanian meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (PDB) naik 47,2%, nilainya Rp 1.375 triliun. “Dulu waktu serah terima, ekspor pertanian Rp 400 triliun, ini angak kumulasi, jadi ada kenaikan kurang lebih Rp 100 triliun. Kemudian ada el nino terdahsyat sepanjang sejarah, tapi alhamdulillah kami bisa lewati,” sebutnya,

Capaian ini, kata dia, diraih melalui langkah atau program terobosan, sehingga tidak serta merta terjadi. Di antaranya melalui perubahan kebijakan atau perubahan sistem melalui online single submission dan pengurusan izin dokumen ekspor yang disusun sesingkat mungkin.

Baca Juga:  Peduli Sesama, Mahasiswa Insuri Ponorogo Bagikan Beras Untuk Warga Desa Ronosentanan

“Dulu mengurus izin bisa butuh waktu 3 tahu, 1 tahun, 3 bulan. Tapi hari ini di Kementan tanpa pungli, kalau kami temukan kami langsung pecat, sekarang mengurus izin hanya butuh 3 jam dan tidak perlu ketemu. Hasilnya investasi naik dan berdampak pada inflasi turun sehingga sektor pertanian, penyumbang terbesar penurunan inflasi,” bebernya.

Lebih lanjut Amran mengungkapkan capaian pembangunan pertanian mampu juga meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP). Kenaikan ini menarik karena dicapai di tengah inflasi tertekan.

“Kenapa? Karena kita mencoba memotong rantai pasok yang cukup panjang, disparitasnya 100 sampai 300 persen, ini yang kita tekan agar petani untung, pelaku usaha untung dan konsumen pun tersenyum. Kita bagi 3 semuanya harus untung. Dulu gini rasionya atau ketimpangan tinggi, sehingga kemiskinan tinggi karena ada sekelompok orang yaitu middle man yang menguasai pangan. Ini yang kita hentikan lajunya. Hasilnya mafia pangan yang masuk penjara 409 dan 782 yang proses hukum ,” ungkap dia.

Baca Juga:  Kebutuhan Energi di Jawa Timur Meningkat

Sedang capaian sektor pertanian selama 4 tahun yang menarik, katanya lagi, yakni menurunkan kemiskinan pedesaaan dari 17,74 juta orang menjadi 15,81 juta orang. Minat mahasiswa terhadap jurusan pertanian meningkat. Data Ditjen Dikti 2018 sebut mahasiswa pertanian meningkat 64,16% dibanding 2010.

“Mimpi saya ke depan, bertani dari bawah pohon. Kita bangun pertanian yang modern. Sekarang kami sudah ciptakan traktor roda 4 yang dikendalikan remote. Ke depan, tugas kita bersama untuk ciptakan lagi berbagai alat mesin pertanian yang cukup dikendalikan dengan remote. Geberasi muda saat ini harus bisa membuat pertanian lebih modern,” tandanya.

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,163