Kaleidoskop: Quo Vadis Indonesia, Ketika Neo-PKI Mengintai

Menolak PKI di Indonesia. Foto via tribun

Menolak PKI di Indonesia. (Foto via tribun)

NUSANTARANEWS.CO – Disadari atau tidak, sepanjang tahun 2016 berbagai fenomena ganjil mewarnai perjalanan bangsa Indonesia. Keganjilan ini, erat kaitannya dengan adanya indikasi masifnya Neo-PKI atau PKI gaya baru serta paham komunis yang mengintai dan hendak menguasai Indonesia.

Baru-baru ini 6 Desember 2016 kemarin, warga Kota Langsa dihebohkan atribut PKI yang tergambar jelas di dinding sebelah luar, Kampus IAIN Cot Kala, Desa Meurandeh Langsa Lama. Begitu juga dengan fenomena pengibaran bendera Cina di Maluku Utara. Pun dengan beredarnya lambang palu arit dalam uang pecahan seratus ribuan.

Hal serupa juga terjadi pada Agustus 2016 lalu, sebuah spanduk/lukisan terpampang wajah tokoh DN Aidit yang merupakan gembong Partai Komunis Indonesia (PKI). Parahnya, keberadaan wajah Aidit ini tampak disengaja dengan menyelipkannya pada deretan pahlawan nasional di Bandara Internasional, Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang.

Kondisi ini menuai kecaman keras masyarakat. Pasalnya, kemunculan wajah Aidit pada sekumpulan figur pahlawan dianggap telah melecehkan bangsa. Tragisnya lagi, kemunculan gambar tersebut justru sengaja dipertontonkan di ruang publik.

Baca: Terpajangnya Foto Tokoh PKI di Bandara Soeta

Aroma kebangkitan PKI di Indonesia juga tercium pada Juni 2016 silam. Dimana ada upaya secara terang-terangan untuk mencabut Tap No XXV/MPRS/1966. Tak hanya itu, wacana permintaan maaf pemerintah kepada para korban 1965 merupakan indikasi kuat bahwa ideologi komunis tampak sedang bangkit di negeri ini.

Sebagaimana perkataan Ketua Umum FKB KAPPI ’66, Alex M. Paath, yang menganggap kebangkitan PKI itu nyata, bukan isapan jempol. Kemunculan PKI di Indonesia itu tanpa bentuk yang jelas, hanya dapat dirasakan baik dalam bentuk pikiran maupun tindakan yang ke kiri-kirian. Mereka muncul dalam bentuk OTB (organisasi tanpa bentuk), yang dulu sebelum reformasi sempat ramai dibicarakan karena disinyalir sebagai metamorfosis dari gerakan PKI.

Baca: PKI Mau Coba-Coba Lagi Kudeta

Pada Mei 2016, beredar pula beberapa simbol-simbol berbau PKI di kaos yang diperjual-belikan di Blok M. Penjual berinisial MI ini pun akhirnya ditangkap oleh pihak aparat. Wakil Sekjend PBNU Abdul Mun’im DZ membantah jika PKI sudah tidak eksis di Indonesia. Ia bahkan mengaku PKI masih tetap ada sampai sekarang.

Bagi Mun’im kondisi ini tidak bisa diabaikan. Bagaimanapun PKI tetap berbahaya, walaupun organisasinya sudah dilarang pemerintah sesuai dengan TAP MPR.

Baca: PKI Masih Tetap Eksis Sampai Sekarang

Bagitupun dengan pengakuan dari Ketua Penerus Perjuangan Perintis Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Usman Sadikin yang mengungkapkan bahwa PKI masih terus melakukan proses kaderisasi terselubung di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia.

Hingga kini, PKI selalu melakukan evaluasi gerakan kader-kadernya dengan model gerakan yang terukur, sunyi, senyap, dan tak terdeteksi. Ia juga melakukan pengembangan pengaruh melalui cara-cara semi kultural.

Baca:  Mencermati Proses Kaderisasi Neo–PKI

Membaca keganjilan selama setahun ini, tampaknya kebangkitan paham komunis dan PKI mulai mengintai Indonesia. Mereka (anggota Neo-PKI) menyamar dan menyusup ke berbagai elemen, baik di pemerintahan maupun di masyarakat. Ketika sinyal kebangkitan mulai menampakkan diri, dan pemerintah seakan abai dan bahkan terkesan ‘pro’, maka akan dibawa kemana nasib Indonesia ke depan? (Adhon/Red-01)

Exit mobile version