Berita UtamaEkonomi

Kaleidoskop 2016: Menatap Energi Terbarukan Untuk Masa Depan Indonesia

NUSANTARANEWS.CO – Cepat atau lambat, diskursus tentang energi baru terbarukan akan mampu menggeser ketergantungan publik dunia terhadap energi yang bersumber dari fosil. Bagaimana pun juga, ketergantungan energi fosil tampaknya sudah tidak begitu seksi bagi negara-negara maju.

Ini menyusul trend baru dari negara-negara Eropa yang mulai meninggalkan pemanfaatan energi fosil dengan beralih ke energi terbarukan. Sekalipun sampai saat ini tidak semua negara Eropa menggantungkan sepenuhnya terhadap energi terbarukan, karena memang masih mencari komposisi yang pas dan efesien.

Namun setidaknya, mereka sudah mulai memikirkan, mengeksplorasi dan mengembangkan  agar mampu menghasilkan sumber kebutuhan energi yang dapat diperbaharui. Kenyataan demikian ini didasari bahwa ketergantungan dunia terhadap sumber energi fosil akan menemukan titik terendahnya, karena pasokan energi yang kian menipis.

Jika habis, lantas apa yang akan menjadi tumpuan untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, sementara energi dewasa ini menjadi hal vital bagi kelangsungan suatu negara. Karena itulah, penting kiranya untuk memulai mendaur ulang gagasan dalam menangkap perkembangan dinamika di masa depan.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Gelar Paripurna Laporan LKPJ Bupati TA 2023

Itulah sebabnya akhir-akhir ini muncul trend baru di Eropa bernama program Energiewende. Program ini digadang-gadang akan menjadi pengganti sumber energy fosil yang selama ini banyak menjadi candu negara dunia, termasuk Indonesia.

Baca: Menengok Program Energiewende di Jerman

Program Energiewende ini merupakan jawaban terhadap pasokan kebutuhan energi duni, ini dikarenakan ia bersifat baru dan terbarukan. Sejak tahun 2011 Kanselir Angela Markel secara resmi meluncurkan Program Energiewende atau program transisi energi dengan empat target utamanya yaitu:

  1. Penghentian pemakaian PLTN secara bertahap hingga sepenuhnya dihilangkan pada tahun 2022;
  2. Pengurangan emisi gas rumah kaca dengan baseline tahun 1990: 40% pada 2020, 55% pada 2030, 70% pada 2040, 80-95% pada 2050;
  3. Pengembangan energi terbarukan dan peningkatan peranannya dalam konsumsi listrik: 40-45% pada 2025, 55-60% pada 2035, lebih dari 80% pada 2050;
  4. Peningkatan efisiensi energi sehingga terjadi pengurangan konsumsi listrik dengan baseline tahun 2008: 10% pada 2020, 25% pada 2050.
Baca Juga:  Sokong Kebutuhan Masyarakat, Pemkab Pamekasan Salurkan 8 Ton Beras Murah

Sementara Pemerintah Perancis sejak Maret 2015 telah mengeluarkan undang-undang energi yang mengurangi penggunaan energi nuklir sebesar 20%, dan menjadi 50% di tahun 2030. Sehingga separuh kebutuhan dipenuhi dari pasokan energi baru dan terbarukan.

Ide mengenai program transisi energi sendiri ini sebetulnya bukan hal yang baru bagi masyarakat Jerman, mereka sudah memulai memikirkannya sejak tahun 1970-an silam, dan baru menemukan titik terang belakangan terakhir. Itu artinya, memikirkan sumber energy untuk masa depan sama halnya menyelamatkan negara nantinya.

Pasalnya, negara yang memiliki kekuatan energy maka ia yang akan mampu menjadi leader zaman. Dengan demikian, sudah saatnya Indonesia mulai meninggalkan ketergantungannya terhadap sumber energy dari fosil, yang ternyata selama 30 tahun yang akan datang habis.

Dengan memikirkan sumber energi terbarukan jauh-jauh hari, maka akan membantu negara kelak terhindar dari kemiskinan energi. Gagasan ini sudah mulai dilakukan Jerman 25 tahun yang lalu. Maka tak mengherankan jika produk dan teknologi energi terbarukan buatan Jerman berkembang sangat pesat dan dikenal sebagai produk yang efisien dengan harga miring.

Baca Juga:  Transparansi Dana Hibah: Komisi IV DPRD Sumenep Minta Disnaker Selektif dalam Penyaluran Anggaran Rp 4,5 Miliar

Baca: Energi Fosil Dunia Ambruk, Saatnya Anak Bangsa Berkarya.

Energi baru dan terbarukan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional disebutkan bahwa Energi Terbarukan adalah Sumber energi yang dihasilkan dari Sumber Daya Energi yang dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.

Indonesia sendiri sebenarnya memiliki potensi besar dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan diantaranya energi bayu sebesar 950 Megawatt, tenaga surya 11 Gigawatt, tenaga air 75 Gigawatt, energi biomasa 32 Megawatt, energi laut 60 Gigawatt, dan panas bumi 29 Gigawatt.

Sebuah riset menunjukkan bahwa diprediksikan tahun 2045 kelak, ekonomi Indonesia diproyeksikan akan mencapai peringkat ke empat sedunia, dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 12,210 miliar, dengan syarat mampu memaksimalkan potensi yang melimpah tersebut. (Red-01)

Related Posts

1 of 20