Berita UtamaKesehatanLintas NusaTerbaru

Jumlah Masih Tinggi, Inilah Tips Wara Sundari Tekan Stunting di Jawa Timur

Jumlah masih tinggi, inilah tips Wara Sundari tekan stunting di Jawa Timur.
Jumlah masih tinggi, inilah tips Wara Sundari tekan stunting di Jawa Timur.

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Tingginya angka stunting di Jawa Timur masih menjadi perhatian kalangan legislator di DPRD Jawa Timur. Pasalnya, dari data terakhir di bulan Juni 2022 diketahui bahwa prevalensinya masih cukup tinggi, yakni 23,5 persen.

Menurut Ketua komisi E DPRD Jawa Timur Hj. Wara Sundari Renny Pramana faktor perekonomian dan perawatan bayi sejak dalam kandungan tetap jadi penyebab utama tingginya angka tersebut. “Tapi faktor kemiskinan bukan jadi faktor utama. Tapi ada juga faktor salah pola asuhnya. Itu menjadi pekerjaan rumah kita untuk sosialisasi pencegahan stunting,” kata politisi senior PDI Perjuangan ini saat dikonfirmasi, Minggu (21/8).

Bendahara PDI Perjuangan Jawa Timur ini mengatakan  faktor salah pola asuh bisa meliputi pemenuhan nutrisi yang tidak diberikan pada bayi secara lengkap. Khususnya, pada 1.000 hari pertama kehidupan juga menjadi permasalahan  tingginya stunting di Jawa Timur.

Baca Juga:  HSN 2024, Cabup Gus Fawait: Sudah Saatnya Santri Tampil Memimpin di Jember

Untuk menekan tingginya stunting di Jawa Timur, kata wanita yang akrab dengan wartawan ini dengan melalui program Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk meningkatkan status gizi anak. “Peningkatan secara maksimal yang harus dilakukan Pemprov dalam meningkatkan status gizi pada anak khususnya sampai tingkat desa,” jelasnya.

Dengan adanya peningkatan status pemberian gizi pada anak khususnya sampai tingkat desa, kata Wara Sundari Renny Pramana, diharapkan angka prevalensi di Jawa Timur bisa turun. “Prevalensi stunting tahun 2022 harus turun setidaknya tiga persen melalui konvergensi program intervensi spesifik dan sensitif yang tepat sasaran, serta didukung data sasaran yang lebih baik dan terintegrasi,” tandasnya.

Stunting di Jawa Timur pada tahun 2022 angka prevalensinya masih cukup tinggi, yakni 23,5 persen. Angka tertinggi terdapat di Kabupaten Bangkalan sebesar 38,9 persen, sementara terendah di Kabupaten Mojokerto 6,9 persen dari keseluruhan di Jatim. (setya)

Related Posts

1 of 58