NUSANTARANEWS.CO – Jokowi Gagal Bangun Perekonomian Masyarakat Perbatasan. Satu bulan lalu, Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta Odang mengingatkan agar pemerintah segera memperhatikan Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Oesman mengingatkan, jika pemerintah tidak segera turun tangan mengatasi segala permasalahan yang terjadi di Kapuas Hulu, maka jangan heran kalau nantinya interaksi masyarakat dengan negara Malaysia lebih intensif ketimbang Indonesia sendiri.
Laporan Oeman Sapta waktu itu menyangkut soal fasilitas kesehatan yang dinilainya sama sekali tidak memadai sehingga masyarakat cenderung lebih memilih berobat ke Malaysia. Baca: MPR Desak Pemerintah Perhatikan Fasilitas Kesehatan di Kapuas Hulu
Nasib hidup masyarakat perbatasan yang notabene halaman depan “rumah” Indonesia justru terabaikan oleh pemerintah. Padahal selama ini, Presiden rajin gembar-gembor soal pembangunan di kawasan perbatasan. Tapi kenyataannya, pembangunan yang dimaksud hanyalah soal infrastruktur dan sama sekali tidak menyentuh terkait pembangunan sumber daya manusianya, hingga persoalan perekonomian masyarakat.
Pemerintah tidak boleh memungkiri, apalagi menutup mata bahwa keadaan warga Indonesia di daerah perbatasan berbanding terbalik dengan retorika presiden beserta para menterinya. Antara melaporkan, masyarakat di daerah Puring Kencana, Kapuas Hulu justru lebih banyak menggantungkan kehidupan ekonominya kepada negara tetanggan Malaysia, mulai dari pemenuhan kebutuhan sembako, fasilitas kesehatan hingga penggunaan nilai tukar. Dilaporkan, sampai saat ini masyarakat di sana lebih banyak menggunakan uang ringgit Malaysia ketimbang mata uang Indonesia, rupiah.
Mirisnya lagi, kehidupan ekonomi warga Puring Kencana sudah kadung bergantung pada Malaysia. Bahkan, sebagian besar hasil pertanian dan perkebunan masyakarat setempat dijual ke Malaysia. Kata Camat Puring Kencana, Herkulanus Albinus.
“Uang ringgit diperoleh dari hasil menjual hasil pertanian seperti jahe dan lada, namun di wilayah Puring Kencana ringgit juga sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berbelanja di toko setempat,” jelas Albinus.
Di Puring Kencana, jelas Albinus, masyarakat lebih memilih gunakan mata uang ringgit karena nilai tukarnya terhadap rupiah cukup tinggi, yakni berkisar Rp3200 sehingga rata-rata hasil pertanian dan perkebunan masyarakat dijual ke Malaysia. Saat ini, diakui Albinus lebih lanjut, masyarakat di Puring Kencana sedang mengembangkan perkebunan lada atau sahang yang hasilnya kemudia dijual ke Malaysia. (Sego/Red)