Politik

Jokowi Batal Buka Pesparani di Ambon, Pigai: Orang Katolik Punya Segalanya untuk Naik dan Jatuhkan Presiden

jembatan suramadu, tol suramadu, tarif suramadu, kampanye suramadu, kampanye terselubung, pelanggaran kampanye, fara, pilpres 2019, madura, nusantara, nusantaranews, nusantara news
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama rombongan mengacungkan jari nomor 01 saat pembebasan tarif to Jembatan Suramadu, Sabtu (27/10). (Merdeka.com/Titin Supriatin)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kritikus sosial Natalius Pigai menyesalkan Presiden Joko Widodo batal membuka acara Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Nasional Pertama di Lapangan Merdeka Kota Ambon pada Sabtu 27 Oktober 2018 lalu.

Kegiatan bertaraf internasional itu rencananya akan dibuka oleh Presden Joko Widodo. Namun, rencana tersebut tak terwujud karena berhalangan, lalu mengutus Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk membukanya sebagai perwakilan Presiden Jokowi.

“Setahun lalu sudah janji akan hadir di Pesparani Umat Katolik Indonesia. Ketua KWI dan Para Uskup hadir di Ambon. Bukan tidak hadir tapi batalkan sendiri oleh Jokowi bukan alasan menerima tapi negara mengejar citra atas hasil kerja SBY,” ujar Pigai, Jakarta, KAmis (1/11/2018).

Baca juga: Ditemani Gubernur Soekarwo, Presiden Umumkan Status Baru Jembatan Suramadu

Diketahui, pada 27 Oktober Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke Jembatan Suramadu untuk membebaskan tarif tol jembatan tersebut. Boleh jadi ini yang disebut Jonan sebagai agenda mendesak Jokowi sehingga membatalkan pembukaan kegiatan umat Katolik di Ambon.

Baca Juga:  Pemdes Pragaan Daya Membuat Terobosan Baru: Pengurusan KTP dan KK Kini Bisa Dilakukan di Balai Desa

“Sejauh yang saya ketahui orang Katolik, Menteri cuma satu orang, Dubes kurang lebih satu orang, Komisaris kurang lebih dua orang. Bayangkan, SBY saja Purnomo dan Mery Pangestu dan seabrek jabatan,” kata mantan komisioner Komnas HAM tersebut.

Baca juga: Jokowi Dinilai Kampanye Terselubung di Jembatan Suramadu

Pigai menambahkan, orang Katolik punya pengaruh politik dan ekonomi di dunia internsional. “Orang Katolik punya segalanya untuk menaikan dan menjatuhkan Presiden. Apakah umat Katolik masih percaya? Apakah umat Katolik mau memilih. Kompas dan semua sel-sel Katolik harus kembali netral, jangan jadi pecundang!,” cetus Pigai.

(eda/anm/nvh)

Editor: Banyu Asqalani

Related Posts

1 of 3,178