Politik

Jimly Asshiddiqie Sebut Petahana dan Oposisi Sama-sama Sumber Hoaks

Sandiaga Uno Cium Tangan Kiai Ma'ruf Amin Seusai Debat Capres Cawapres 2019 pada Kamis, 17 Januari 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta (Foto ANTARA/Sigid Kurniawa)
Sandiaga Uno Cium Tangan Kiai Ma’ruf Amin Seusai Debat Capres Cawapres 2019 pada Kamis, 17 Januari 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta (Foto ANTARA/Sigid Kurniawa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Serangan kubu petahana yang menuding kubu oposisi sebagai sumber penyebar hoaks, menurut Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie sepenuhnya tidak benar. Ia sebaliknya menilai baik kubu petahana maupun oposisi disebutnya sama-sama sumber hoaks.

Untuk itu dirinya meminta kedua kubu antar kandidat 01 dan 02 tidak saling merendahkan satu sama lain.

“Kita nggak usah rendahkan satu sama yang lainnya,” kata Jimly Asshiddiqie usai mengisi acara yang diadakan pendukung 01, di aula Pati Unus, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (13/2/2019).

Baca juga: Pilpres Semakin Keras, Jimly Asshiddiqie Minta Gaya Menyerang Pribadi Dihentikan

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu melihat, saat ini kedua pendukung Jokowi dan Prabowo sama-sama mengedepankan emosi.

“Jadi hoaks itu, dua duanya itu sama. Dua-duanya sumber hoaks juga,” tegas Jimly.

Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie. (Foto: Romandhon/NUSANTARANEWS.CO)
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie. (Foto: Romandhon/NUSANTARANEWS.CO)

Meski demikian, ia mengamini jika fenomena hoaks hari ini justru akan mendewasakan iklim demokrasi di Indonesia. Ia yakin dalam beberapa waktu ke depan situasi hari ini justru akan membuat kontestasi demokrasi dalam negeri semakin dewasa.

Baca Juga:  Menangkan Golkar dan Prabowo-Gibran di Jawa Timur, Sarmuji Layak Jadi Menteri

“Saya yakin dalam jangka waktu tak lama ini akan mendewasakan. Maka saya tidak terlalu baper melihat keadaan ini,” ujarnya.

Jimly mengatakan, jika ada sebagian orang melihat situasi sekarang sebagai sesuatu yang tegang dan bahaya, maka ia berbeda.

Sebagai contoh, dalam sejarah pemilihan umum yang diprediksi tegang dan berdarah darah serta disebut paling ruwet oleh sejumlah pengamat dalam dan luar negeri saat berkangsungnya Pemilihan Umum tahun 1999, nyatanya berjalan lancar dan tidak terjadi apa-apa.

“Itu semua pengamat luar negeri harap harap cemas. Bahkan para pemantau pemilu dari luar negeri banyak banget (yang datang) tahun 1999. Tapi nyatanya biasa-biasa aja,” kata Jimly.

Dia mengatakan, orang Indonesia kalau sudah pemilu ributnya hanya sebelum pemilu berlangsung.

“Pas hari pemilunya, lancar aja. Insyaallah 17 April lancar juga,” tandasnya.

Pewarta: Romandhon
Editor: Banyu Asqalani

Related Posts

1 of 797