Berita UtamaFeaturedMancanegara

Jerman Vakum of Power, Apakah Ini Akhir Perjalanan Politik Merkel?

NUSANTARANEWS.CO – Menurut Alternative for German (AfD) partai sayap kanan yang baru-baru ini berhasil untuk pertama kalinya memasuki parlemen dalam beberapa dasawarsa terakhir mengatakan bahwa Jerman tidak dapat mentolerir lagi pemerintah yang dipimpin oleh Angela Merkel.

Sejauh ini, Angela Merkel telah gagal membentuk koalisi baru untuk Pemerintah padahal sudah tujuh minggu sejak pemilu Jerman dilangsungkan.

Seperti telah diberitakan, di tengah situasi Jerman yang tanpa pemerintahan, Presiden Federal Steinmeier telah bertemu dengan Nyonya Merkel, Martin Schulz dan Horst Seehofer untuk mencari solusi bagi pembentukan pemerintah yang akan datang.

Pada akhir pekan kemarin, Alice Weidel dan Alexander Gauland, pemimpin AfD, kembali bertemu dengan Presiden Federal Jerman untuk membicarakan kegagalan negosiasi koalisi. Keduanya diterima Presiden Federal Frank Walter Steinmeier di Istana Bellevue Berlin.

Pertemuan itu tampaknya merupakan sinyal Partai sayap kanan yang anti-migran (AfD) akan “bertempur” dengan Kanselir Angela Merkel yang masih terus berupaya menyusun koalisi besarnya.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

AfD tampaknya serius untuk merebut kekuasaan Merkel setelah pada hari Sabtu (2/12) berhasil menyelenggarakan kongres partai untuk memilih pemimpin baru mereka di kota Hanover – meski dipenuhi aksi protes ribuan orang yang menentang dengan memblokir jalan. Namun dalam kongres tersebut AfD berhasil memilih Jorg Meuthen (pertahana) yang juga Anggota Parlemen Eropa tetap menduduki jabatannya. Dan Mantan deputi pemimpin partai Alexander Gauland terpilih sebagai pemimpin bersama.

Kongres AfD ini dilangsungkan saat Merkel tengah berupaya membentuk koalisi besar antara bloknya yang beraliran tengah-kanan dengan Partai Demokratik Sosial yang beraliran tengah-kiri, yaitu partai terbesar kedua di parlemen.

Kegagalan Merkel untuk mencapai kesepakatan telah menimbulkan kekhawatiran di seluruh anggota Uni Eropa mengenai masa depan ekonomi terkuat blok tersebut.

Meskipun Merkel memenangkan masa jabatan keempat sebagai Kanselir, dukungan untuk partai Partai Demokrat Kristennya melorot menjadi hanya 33 persen, hasil terburuknya dalam 70 tahun.

Martin Schulz, pemimpin Partai Sosial Demokrat (SPD) telah bekerja sama dengan pemerintah koalisi sebelumnya Merkel sejak 2013 – namun setelah pemilihan terakhir negara tersebut dia mengatakan bahwa partainya akan menjadi oposisi.

Baca Juga:  Diduga Korupsi Danah Hibah BUMN, Wilson Lalengke: Bubarkan PWI Peternak Koruptor

Sekarang meski partai-partai tersebut mendapat tekanan untuk membentuk koalisi baru dengan SPD yang mendukung pemerintah minoritas yang dipimpin konservatif.

Di kutip dari express.co.uk, sebuah jajak pendapat baru menunjukkan bahwa 45 persen orang Jerman menginginkan kesempatan untuk memilih lagi setelah perundingan pembentukan koalisi yang dijuluki Jamaika tiba-tiba ambruk.

Menurut co-founder Greens, Hans-Christian Ströbele, situasinya sulit membayangkan bahwa kanselir dapat memainkan perannya lebih lama lagi.

“Sekarang adalah akhir politik Merkel. Menurut pendapat saya, Merkel tidak akan bisa bertahan di puncak pemerintahan lebih lama lagi.” (Banyu)

 

Related Posts

1 of 11