OpiniPolitikTerbaru

Jepang Konstruktif Cina Komunis Destruktif

Jepang Konstruktif Cina Komunis Destruktif
Jepang Konstruktif Cina Komunis Destruktif
Realitas sosial di Indonesia menunjukkan bahwa Jepang senantiasa mengikuti alur konstruktif terhadap Pembangunan Nasional (Bangnas). Sedangkan Cina Komunis senantiasa tampak destruktif terhadap Bangnas. Realitas sosial itu dapat dideskripsikan sebagai berikut ini.
Oleh: M.D. La Ode

 

Peran Konstruktif Jepang Dalam Bangnas

Padahal “tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerang Indonesia. Tanggal 1 Maret 1942 dini hari, Jepang mendarat di Jawa dan dalam tempo 8 hari, Letjen Ter Poorten, Panglima KNIL di Hindia Belanda, menyerah atas nama Sekutu di Jawa. Meskipun sekitar 8.000 gabungan tentara Inggris dan Amerika di Jawa pimpinan Mayjen Sitwel, seorang Inggris, ingin terus berperang melawan Jepang”. Jepang diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk Indonesia karena Jepang memperkenalkan diri:  Nippon pemimpin Asia; Nippon pelindung Asia; Nippon cahaya Asia. Tujuannya untuk kemakmuran bersama Asia Timur Raya.

Dalam pada itu, Jepang membebaskan Soekarno dari pembuanganya di Bengkulu. Setelah itu Soekarno mengontak Hatta dan Sjahrir . Jepang berjanji bahwa sebentar lagi Indonesia akan diberikan pemerintahan sendiri. “Karena itu pada tanggal 9 Maret 1943, Jepang mengizinkan beridirnya organisasi yang mencakup semua, bernama Poesat Tenaga Rakyat (Poetra). Gagasan ini dicetuskan oleh Perdana Menteri Jepang, Tojo Hideki”.  “Poetra merupakan suatu Dewan beranggotakan 4 (empat) orang terkemuka yakni: Soekarno sebagai Ketua (etnis Jawa), Hatta sebagai Wakil Ketua (etnis Minangkabau), ditambah Ki Hadjar Dewantoro (etnis Jawa), dan seorang pemimpin Islam terkemuka, Kiayi H.M. Mansoer (etnis Madura)”.

Atas dukungan Jepang, organisasi Poetra kemudian berevolusi menjadi Tentara Pembela Tanah Air (PETA), Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), kemudian kembali ke TNI . “PETA sebagai organisasi militer beranggotakan 120.000 bersenjata dilatih Jepang tetapi dipimpin oleh orang Indonesia yakni Gatot Mangkupradja”.

Di era kemerdekaan Indonesia dalam rangka pembangunan nasional (Bangnas) untuk mencapai tujuan nasional yakni masyarakat yang adil dan makmur atau “Bonum publicum” atau “the good life” atau “toto tentrem kerto raharjo gemah ripah loh jinawi”, Jepang ikut serta dalam Bangnas itu. Tahun 1970-an Industri Jepang masuk ke Indonesia ditandai berdirinya PT. Toyota Astra Motor. “Kini telah terdaftar setidaknya 463 buah perusahaan Jepang di Indonesia”. Indonesia-Jepang menanda tangani perdamaian tanggal 20 Januari 1958. Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji menulis bahwa “Jepang dan Indonesia mempunyai sejarah kerjasama yang sangat panjang. Kedua Negara merupakan mitra strategis yang tak terpisahkan baik di sektor ekonomi, politik, dan keamanan. Pemeliharaan “mitra strategis” itu menjadi perhatiannya sejak menyerahkan surat surat kepercayaan dari Kaisar Jepang Yang Mulia Naruhito kepada Yang Mulia Presiden Joko Widodo tanggal 4 Februari 2021”. Kemudian ucapan itu ditunjukkan dengan bantuan 1 juta Dosis Vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca dari Pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Juli 2021.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Gelar Gebyar Bazar Ramadhan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat
Peran Destruktif Cina Komunis Dalam Bangnas

Peran destruktif Cina Komunis dalam sejarah hubungan pra kemerdekaan, saat kemerdekaan, hingga Era Reformasi dengan Indonesia, dapat ditunjukan sesuai realitas sosial. Dalam sidang BPUPKI dan PPKI, etnis Cina melalui perwakilanya Liem Koen Hian bahwa “dalam Indonesia merdeka menolak dicatat sebagai Bangsa Indonesia tetapi minta dicatat sebagai bangsa Cina”. Saat perang kemerdekaan tahun 1947, etnis Cina mendirikan milisi bersenjata bernama Pho An Thuy berkolaborasi dengan Militer Belanda untuk menggagalkan kemerdekaan Indonesia. Milisi ini bersama Kapten Raymond Pierre Paul Westerling, membunuh tidak kurang 50.000 jiwa rakyat pejuang kemerdekaan Indonesia. Korban mereka antara lain di Cimahi, Bandung, Jakarta, Medan, Pontianak, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Makassar.

Etnis Cina mendirikan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) sebagai penyamaran bahwa etnis Cina nasionalis. Namun fakta sosial politik di lapangan etnis Cina terbagi tiga golongan yakni sedikit pendukung Indonesia merdeka; pendukung nasionalis Chiang Kai-shek (Pendiri Negara Taiwan); pendukung Cina Komunis Mao Tse Tung. Tahun 1965 secara sengaja etnis Cina melakukan Kudeta G.30 S/PKI/1965 atas komando Presiden Cina Komunis Mao Tse Tung, kepada DN. Aidit Ketua Umum PKI dan Siauw Giok Thjan Ketua Umum Badan Permusjawaratan Kewarganegaan Indonesia (BAPERKI) yang memang sejak awal berhaluan Komunis dan mengembangkan program mengkomuniskan rakyat Indonesia. Pada tahun 1998 etnis Cina melarikan modal nasional keluar negeri sebanyak USD 200 miliar pada saat Pemerintah Indonesia memerlukan USD. Padahal etnis Cina ujar Kasum ABRI Letjen Widjojo Soejono, “mereka dipungut di tong sampah oleh Presiden Soeharto, kemudian dimandikan dengan sabun LUX. Tetapi setelah mereka kuat meninggalkan Pak Harto”.

Baca Juga:  Juara Pileg 2024, PKB Bidik 60 Persen Menang Pilkada Serentak di Jawa Timur

Etnis Cina tentu takkan pernah jauh dari negara leluhurnya Cina Komunis. Tetapi menguasai 80% ekonomi nasional serta menguasai 79% lahan pertanian dan perkebunan. Sebagai dampaknya ialah kemiskinan dan pengangguran bagi Pribumi Nusantara. Satu lagi bahwa regulasi “dikendalikan” etnis Cina dan dengan bebas menuduh Pribumi diskriminatif, intoleran, SARA, Rasis, ujaran kebencian, ulama radikal,  Pribumi malas, Pribumi bodoh, menyesatkan pemerintah, dan lain seterusnya. Di saat pandemi Covid-19 menyerang masyarakat Indonesia, Cina Komunis menjual Vaksin merek Sinovac 125 juta Dosis untuk Vaksinasi namun berdampak sebagai “pembunuh” masyarakat juga karena disamping efikasinya rendah (65,3%) dan mungkin juga tak valid.

Deskripsi gamblang perbandingan realitas sosial peran serta  Jepang di Indonesia dengan Cina Komunis di Indonesia, bukan dalam rangka memuji Jepang mendiskreditkan Cina Komunis dalam Bangnas. Namun sebatas menunjukkan evidensi peran Cina Komunis di Indonesia melalui etnis Cina Indonesia (ECI) dan peran Jepang di Indonesia sejak tahun 1958 hingga saat ini.

Jepang menjajah Indonesia 3,5 tahun dan dalam pada itu membunuh banyak warga Indonesia senasib dengan Korea dan Cina Komunis. Tetapi saat itu Jepang sedang terlibat perang Dunia ke-II mengemban misi patriotisme dan nasionalisme Jepang “menjajah atau dijajah”!

Baca Juga:  Pilih Jajuk Rendra Kresna di Pileg, Inilah Pilihan Caleg Emak-Emak di Malang

Sejak Indonesia-Jepang menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1958, hubungan bilateral kedua Negara tampaknya terus harmonis khususnya pada gatra politik, gatra ekonomi, dan gatra perhanan dan keamanan (Hankam). Hubungan bilateral harmonis kedua Negara terus meningkat dalam suka dan duka.

Perusahaan Jepang di Indonesia terdaftar sebanyak 463 buah. Rasanya tak pernah ada media memberitakan keluhan masyarakat karena orang Jepang diangkut ke Indonesia untuk bekerja sebagai tenaga kerja kasar di perusahaan mereka. Kecuali sebagai tenaga ahli. Mari kita lihat Cina Komunis sejak beberapa tahun belakangan terus mengangkut TKA-nya dengan pesawat Lion Air untuk bekerja di perusahaan investasi Cina Komunis di Indonesia dengan alasan tenaga kerja ahli. Padahal mereka tenaga kerja kasar. Media ramai sekali memberitakan tabiat dan kebohongan Cina Komunis itu. Ini juga didukung oleh ECI. Jadi tabiat baik dan tabiat buruk biasa dilakukan mereka di Indonesia. Cina Komunis dan ECI biasanya “tampil dengan wajah senyum dan manis namun hati hitam”. Singkatnya mereka menggunakan Politik Tiga Wajah yakni: Pancasilaisme—Komunisme—Tradisionalisme Cina.

Berdasarkan hasil penelitian, satu lagi tabiat destruktif Cina Komunis dan ECI di Indonesia. Pada gatra politik, berniat menganeksasi NKRI dari kuasa Pribumi dalam tempo 2×5 tahun (2019-2029) melalui saluran demokrasi. Di bidang ekonomi banyak dilakukan kejahatan keuangan dan kejahatan perbankan, sementara Bangsa Indonesia telah berbuat sebaik baik kebaikan terhadap ECI dan Cina Komunis. Pada gatra Hankam, wilayah perairan Laut Natuna Utara diinvasi oleh militer Cina Komunis.

Itulah sedikit deskripsi evidensi peran konstruktif Jepang dan peran destruktif Cina Komunis dan ECI dalam Bangnas di Indonesia.[]

Penulis: M.D. La Ode, Sekjen DPP FBN RI dan Ahli Politik Etnisitas

Related Posts

1 of 3,049