NUSANTARANEWS.CO, Suriah – Jatuhnya Ghouta Timur, sekali lagi menjadi kekalahan telak Amerika Serikat (AS) di Suriah. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov meyakini bahwa situasi di Suriah, khususnya di Ghouta Timur telah berubah secara radikal menjadi lebih baik. Ryabkov juga menambahkan bahwa perkembangan ini telah membuat marah musuh-musuh Suriah, mereka tentu akan mencari dalih baru untuk melakukan serangan.
“Dalam situasi ini, tentu saja provokasi apa pun mungkin terjadi, dan kami perlu meningkatkan kewaspadaan terutama terkait rencana serangan “pementasan” senjata kimia yang akan dituduhkan kepada pemerintah Suriah saat pasukan Suriah terus maju,” kata Ryabkov.
Sejak pemberlakuan Resolusi 2401 Dewan Keamanan untuk gencatan senjata selama 30 hari di seluruh Suriah, Pusat Rekonsiliasi Rusia berhasil membebaskan ratusan ribu warga Ghouta Timur yang telah “disandera” oleh para teroris sejak tahun 2012.
Sementara ribuan teroris dan keluarganya telah direlokasi dari Ghouta Timur menuju Idlib dengan kawalan pasukan militer Suriah dan Rusia.
Dengan demikian aliansi pasukan militer Suriah secara gemilang kembali berhasil mengalahkan pasukan teroris dukungan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di benteng utama mereka di Ghouta Timur.
Dalam proses pembersihan dengan menyisir lingkungan yang telah dibebaskan di kota Ain Tarma di pinggiran Ghouta Timur, kurang lebih sembilan mil di timur Damaskus – pasukan Suriah menemukan jaringan terowongan bawah tanah yang di buat oleh para teroris untuk pergerakan pasukan serta penyimpanan senjata dan amunisi, sebagaimana dilaporkan kantor berita SANA.
Bukan itu saja, para teroris juga telah membuat jalur parit panjang selebar lima meter dan tiga meter untuk jalur kendaraan yang menghubungkan kota-kota Harsata, Douma dan Modira.
Selain itu, tentara juga menemukan bengkel yang digunakan oleh para para teroris untuk membuat peluru dan peledak artileri. Termasuk menemukan sejumlah besar senjata dan peralatan militer yang ditinggalkan oleh para teroris.
Menurut komando tentara Suriah, pasukan pemerintah telah berhasil membebaskan 70 persen wilayah Ghouta Timur, yang telah berada di bawah kendali teroris sejak enam tahun yang lalu.
Terkait situasi terakhir di Ghouta Timur, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan bahwa AS siap bertindak atas penggunaan senjata kimia di Suriah. Halley juga menjelaskan bahwa AS menyerang pangkalan udara Shairat, Suriah pada 4 April 2017, karena Dewan Keamanan PBB “tidak mengambil tindakan apapun” terhadap serangan senjata kimia, tegas Halley.
Seperti diketahui, pada 7 April 2017, AS menyerang Suriah dengan puluhan rudal Tomahawk terhadap Pangkalan Udara Shairat. Serangan itu merupakan perintah Presiden Donald Trump yang menuduh pasukan militer Suriah menggunakan senjata kimia selama peperangan menghadapi kelompok teroris.
Menyikapi ancaman AS tersebut, Ryabkov mengatakan pada hari Selasa bahwa setiap penggunaan kekuatan senjata, seperti halnya kasus di pangkalan udara Shairat tahun lalu, jelas merupakan tindakan agresi terhadap negara berdaulat sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB, tegas Ryabkov.
Sementara Duta Besar Suriah untuk Rusia Riyad Haddad mengatakan kepada Sputnik bahwa pasukan pertahanan udara Suriah telah siap untuk menghadapi kemungkinan serangan guna melindungi rakyat dan kedaulatan kami, tegasnya. (Banyu)