Opini

Isyarat Dari Perairan Natuna, Cina Percanggih Perlengkapan Kapal Nelayannya

Lianyungang fishing boats Milik Cina/Foto Nusantaranews
Lianyungang fishing boats Milik Cina/Foto Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO – Kapal nelayan asal Myanmar dengan nomor lambung PKFA 7835 berhasil ditangkap oleh Kelompok Nelayan Jaring Puput, Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara pada 29 Desember 2014 silam. Kapal ikan dengan ukuran relatif kecil ini ternyata sudah menggunakan peralatan cukup canggih dan tergolong modern untuk mendukung kegiatan tangkat ikan. Kendati kapasitasitasnya hanya 20-30 GT (Gross Ton), di bagian kemudi nakhoda terdapat GPS dan sonar pendeteksi keberadaan ikan besar seperti tuna di lautan. Kapal ini pun menggunakan mesin penggerak handal, berkualitas dan cepat yang disebut dengan mesin komeng dengan kecepatan mencapai 20 knot/jam.

Selama ini, kapal ikan yang termasuk canggih yaitu kapal yang menggunakan sonar dengan fungsi mendeteksi jumlah ikan dan kedalaman ikan dari dasar laut. Ada juga perlengkapan yang disebut Radar Burung yang fungsinya tak lain untuk mengetahui keberadaan gerombolan burung sebagai isayarat keberadaan ikan di dalam laut. Bahkan ada yang menggunakan Helikopter dengan tujuan mempercepat pencarian ikan.

Kapal nelayan terius dipercanggih peralatannya, khususnya kapal nelayan Cina yang beroperasi sampai di kawasan sensitif yakni Perairan Natunan. Terbukti, pada 5 Maret 2016, Pasukan Komando Armabar TNI AL menemukan alat pendeteksi minyak milik Cina di Laut Cina Selatan. Alat pengintai berupa tail buoy tersebut ditemukan terapung di perairan Kepalauan Natuna, Kepulauan Riau.

Baca Juga:  Apakah Orban Benar tentang Kegagalan UE yang Tiada Henti?

Pasalnya, sejak 1 Maret nelayan melihat benda mencurigakan di kedalaman 7-8 meter di sekitar 12 mil dari Pantai Midai. Berdasarkan informasi yang disampaikan nelayan pada Armabar, benda mencurigakan itu pun diangkat ke permukaan untuk selanjutnya diteliti.

Dari hasil penelitian sementara, Armabar berkesimpulan bahwa benda tersebut merupakan tail buoy atau bagian alat survei seismic (partnerplas). Dimana peralatan tersebut biasa digunakan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya ladang minyak, gas, atau sumber daya alam bawah laut. Disebut demikian karena berbentuk perahu kecil dengan perlengkapan sensor aptomar yang menggunakan kombinasi teknologi inframerah dengan sensor rendah. Adapun sumber tenaga penggerak alat itu adalah cahaya matahari.

Selain temuan ini, terjadinya penghancuran kapal nelayan milik nelayan China oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, kemungkinan besar karena terdapat peralatan canggihnya. Asumsinya, jika kapal nelayan tersebut kapal biasa, pemerintah Cina akan meminta pertanggung jawaban terhadap pemerintah Indonesia. Namun, Cina bisa jadi mengorbankan satu kapal, supaya peralatan canggih yang dipasang di kapal nelayan tersebut tidak diketahui oleh Indonesia.

Baca Juga:  Dewan Kehormatan yang Nir Kehormatan

Walaupun kita tahu, di publik, pemerintah Cina geram dan marah atas keputusan Indonesia yang meledakkan beberapa kapal asing karena melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia termasuk perairan Natuna. Salah satu kapal yang diledakkan adalah milik nelayan China. Kegeraman Cina memang karena peledakan kapal penangkap ikan milik Cina tersebut dapat merusak hubungan kerja sama Cina dengan Indonesia. “Kerja sama di bidang penangkapan ikan dengan Indonesia memang sangat penting bagi China,” ungkap Juru bicara Menteri Luar Negeri China, Hong Lei dalam sebuah jumpa pers, seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (22/5) lalu.

Tidak berhenti disitu, kapal nelayan berbendera Cina kembali ditangkap di perairan Natuna. Penangkapan ini berhasil dilakukan oleh penjaga keamanan yang menggunakan KRI Imam Bonjol. Menariknya, kapal nelayan Cina seolah mendapat pengawalan dari kapal coast guard China bernomor lambung CCG 3303. Dimana kapal ini sempat melakukan komunikasi dengan KRI Imam Bonjol pasca kapal penangkap ikan berbendera China, Han Tan Cou ditangkap.

Kapal coast guard China tersebut berukuran panjang 112 meter dan lebar 14-15 meter dengan Bobot mencapai 3.000 ton dan memiliki kecepatan 22 knot. Bahkan, kapal milik China ini juga dilengkapi persenjataan meriam 33 mm tanso dan sebuah helikopter. Data spesifikasi ini bersumber pada pusat penerangan Komando Armada Barat (Armabar). Maka wajar, bila dikabarkan bahwa kapal coast guard China bernomor lambung CCG 3303 sempat melakukan provokasi terhadap KRI Imam Bonjol yang melakukan aksi penangkapan kapal penangkap ikan illegal.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

Sementara ini, kapal penangkap ikan berbendera China, Han Tan Cou belum dikabarkan memiliki peralatan canggih, tetapi desas-desus bahwa pemerintah Cina tengah melakukan pembekalan kepada para nelayan, sudah cukup gencar dibicarakan. Sehingga bukan tidak mungkin, jika pemerintah Cina juga punya rencana atau sudah menjalan rencana untuk memasang peralatan canggih di bagian dalam kapal penangkap ikan.

Pandangan ini masih berupa anggapan, mengingat ada isyarat penting yang terjadi di perairan Natuna. Isyarat tersebut berupa penguatan keamanan di Perairan Natuna oleh TNI AL. Tentu bukan tanpa sebab dan tujuan ditingkatkannya kekuatan pengamanan di perairan Natuna. Jika tujuan TNI AL sebatas menjaga Natuna dari kapal-kapal penangkap ikan, sepertinya hal mustahil bagi TNI AL untuk mengirim lima KRI dan satu pesawat CN 212 bulan Juni lalu. (Riskiana Sulaiman)

Related Posts

1 of 3,050