Politik

Istilah Politik Genderuwo Tampaknya Ditujukan Kepada Prabowo Subianto

politik genderuwo, politisi sontoloyo, politisi psi, pidato prabowo, pidato jokowi, propaganda politik, nusantara news, nusantara, nusantaranews
Prabowo Subianto. (Foto: dok. NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Istilah tak lazim kembali keluar dari Presiden Joko Widodo. Setelah sebelumnya melontarkan istilah politisi sontoloyo, kini eks walikota Solo itu membuat istilah politik genderuwo.

Istilah tersebut disampaikan Joko Widodo saat berpidato dalam pembagian sertifikat tanah untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Menurut eks gubernur DKI itu, politik genderuwo adalah sikap politik para politikus yang membuat propaganda menakutkan dan kekhawatiran tentang situasi bangsa dan negara. Politikus yang menakut-nakuti itulah yang dia sebut sebagai politikus genderuwo.

Baca juga: Soal Pidato 2030 Indonesia Bubar, Prabowo: Jangan Anggap Enteng

Istilah politik genderuwo itu tampaknya ditujukan kepada Prabowo Subianto. Menurut politisi PSI, Rizal Calvary ciri-ciri poilitik genderuwo ialah menebar pesimisme dan ketakutan di bidang ekonomi.

“Misalnya saat rupiah melemah, ekonomi Indonesia disebut melemah bahkan mau runtuh dan Indonesia mau bubar. Faktanya tidak begitu,” kata Rizal melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (9/11/2018).

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Baca juga: Indonesia (Sebenarnya) Sudah Bubar

Diketahui, Prabowo sempat meyampaikan pidato yang menyebutkan pada 2030 negara terancam bubar lantaran sejumlah persoalan mendasar. Permasalahan-permasalahan itu di antaranya negara yang kaya raya di mana kekayaan kita nomor 5 terbesar di dunia, tapi hutangnya menumpuk, dan rakyatnya belum makmur. Kemudian, refleksi Prabowo itu ditulis secara akademis dalam bukunya berjudul Paradoks Indonesia.

Rizal mengatakan, modus operandi poliltik genderuwo di bidang ekonomi yakni dengan melakukan markup data-data ekonomi yang ada atau dengan membuat data sendiri. Data yang bertentangan dengan data dari badan resmi.

Baca juga: Negara Indonesia yang Diproklamirkan Bung Karno-Hatta Telah Dibubarkan Lewat Amandemen UUD 1945

“Selain itu, tafsirnya lebay, dilebih-lebihkan. Tujuannya agar pelaku usaha dan masyarakat menjadi takut berkegiatan. Opini-opini dibangun dengan suara keras dan masif untuk melakukan framing di benak masyarakat bahwa ekonomi akan suram ke depan,” ucap Rizal.

Setelah sukses menakut-nakut publik, ditawarkan ide-ide dan program-program atau resep-resep ekonomi yang tidak masuk akal.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menang Telak di Jawa Timur, Gus Fawait: Partisipasi Milenial di Pemilu Melonjak

“Misalnya, menyetop impor secara total, mengobral subsidi, menutup investasi asing secara paripurna dan sebagainya,” kata politikus parpol baru ini.

Baca juga: Diksi Politik Sontoloyo Tidak Etis

(gdn/anm)

Editor: Gendon Wibisono

Baca juga: Februari 2018 Ekspor Jagung 57.650 Ton, November Impor 100 Ribu Ton

Baca juga: PSI Tuding Konsep Ekonomi Prabowo Sosialis-Komunisme

Baca juga: Ferry Juliantono: Dunia Politik Jalur Strategis untuk Wujudkan Cita-cita Para Pendiri Bangsa

Related Posts

1 of 3,147