Berita UtamaFeaturedMancanegaraPolitik

Israel Sudah Bernafsu Mencaplok Lebanon

NUSANTARANEWS.CO – Terkait dengan bocornya kabel diplomatik kerjasama Israel-Arab Saudi untuk menyerang Lebanon – propaganda anti Hizbullah dan Iran terus meningkat di kawasan Timur Tengah.

Peristiwa ini dimulai pada 4 November ketika Arab Saudi mendestabilisasi pemerintah Lebanon dengan memaksa Perdana Menteri Saad Hariri ‘untuk mengundurkan diri, dan menyebarkan klaim palsu pemerintah Saudi pada 7 November bahwa Lebanon telah “mengumumkan perang” terhadap Arab Saudi.

Di Lebanon sendiri, pengunduran diri Perdana Menteri Hariri dipandang sebagai “pemerkosaan” oleh Saudi untuk mengacaukan pemerintahan Lebanon agar menimbulkan perselisihan dan membiarkan Lebanon rentan terhadap serangan Israel.

Banyak analis yang mengatakan bahwa pernyataan pengunduran diri itu ditulis dengan gaya yang biasa digunakan oleh orang Saudi. Pengunduran diri tersebut memang cukup mengejutkan. Tentara Lebanon sendiri telah membantah adanya ancaman pembunuhan.

Seperti diketahui, pemerintah Lebanon saat ini, Hariri sebagai anggota parlemen, dan Michel Aoun dari Hizbullah sebagai presiden, mulai menjabat tahun lalu. Hal ini telah menjadi langkah terobosan yang mengakhiri kebuntuan pemerintah, di mana pada bulan lalu Lebanon berhasil menyusun anggaran pertama sejak tahun 2005.

Baca Juga:  Wis Wayahe Jadi Bupati, Relawan Sahabat Alfian Dukung Gus Fawait di Pilkada Jember

Terkait dengan peristiwa pengunduran PM Hariri, Presiden Lebanon Michel Aoun telah mengumumkan bahwa dia tidak akan memutuskan apakah akan menerima atau menolak pengunduran diri Perdana Menteri Saad al-Hariri sampai Hariri kembali ke Lebanon untuk menjelaskan alasannya.

Sementara itu, Pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah telah meminta rakyat Lebanon untuk tetap tenang.

Sebagai catatan, Israel, yang bebatasan langsung dengan Lebanon, telah lama ingin mencaploknya. Militer Israel telah mengebom Lebanon selatan selama beberapa dekade dari darat, laut dan udara. Pada tahun 1982 invasi besar-besaran pasukan Israel telah menewaskan puluhan ribu warga sipil Lebanon. Dan pasukan Israel berhasil menduduki Lebanon selatan selama 18 tahun.

Namun pada tahun 2000, Pejuang Hizbullah berhasil menendang tentara Israel keluar dari Lebanon dan mengakhiri pendudukan selama 18 tahun. Demikian pula dengan invasi pasukan darat Israel ke Lebanon pada tahun 2006, berhasil dipukul mundur pula oleh Hizbullah.

Itulah sebabnya Israel sangat bernafsu ingin menghancurkan Hizbullah dengan berbagai cara – karena Hizbullah adalah satu-satunya kekuatan tempur yang mampu mengalahkan militer Israel yang katanya hebat.

Baca Juga:  Militer Israel Kawal Aksi Pemukim Zionis Bakar Pemukiman Paletina di Tepi Barat

Tidak mengherankan bila Israel sampai menggelar latihan militer terbesar pada bulan September lalu – yang melibatkan semua angkatan militer Israel – dengan simulasi invasi ke Lebanon untuk menghancurkan kekuatan Hizbullah. Ini adalah latihan militer terbesar di Tel Aviv dalam 20 tahun terakhir.

Catatan Situasi Mutakhir Timur Tengah.

Pada 3 November, basis ISIS terakhir di Irak dan Suriah telah jatuh. Padahal baik Arab Saudi maupun Israel telah berusaha keras untuk merobohkan Suriah dengan membantu ISIS.

Dalam sebuah tindakan yang tidak pernah terlihat sebelumnya di kancah internasional, pada 4 November di bawah perintah dari rezim Saudi, Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan dari Arab Saudi di Saudi TV pengunduran dirinya sebagai PM. Hariri menyerang Iran karena mengganggu Lebanon, dan mengklaim bahwa Hizbullah telah berusaha untuk membunuhnya.

Beberapa jam kemudian, Ryadh mengatakan bahwa mereka mencegat sebuah rudal Yaman di atas ibukotanya. Padahal selama bertahun-tahun rezim Saudi, yang dipersenjatai oleh AS, telah membombardir orang-orang Yaman, tanpa pandang bulu membunuh warga sipil.

Baca Juga:  Transparansi Dana Hibah: Komisi IV DPRD Sumenep Minta Disnaker Selektif dalam Penyaluran Anggaran Rp 4,5 Miliar

Menteri Luar Negeri Saudi Adel bin Ahmed mengklaim, “Itu adalah rudal Iran, yang diluncurkan oleh Hizbullah,” dan merupakan “tindakan perang oleh Iran.”

Pada 7 November, Saudi, melanjutkan eskalasi dengan menuduh Lebanon “menantang perang”.

Pada saat yang sama, dalam upaya untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, rezim Saudi menahan ratusan orang di dalam kerajaan tersebut atas tuduhan korupsi, termasuk beberapa pangeran dan pengusaha paling terkenal di negara ini. (Banyu)

Related Posts

1 of 49