Mancanegara

Iran Menyatakan Mundur Dari Kesepakatan Nuklir, Presiden Trump Keluarkan Perintah Eksekutif

Presiden Trump

NUSANTARANEWS.CO – Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan sanksi baru terhadap Iran setelah Teheran menyatakan akan mundur sebagian dari kesepakatan program nuklirnya. Presiden Donald Trump pada hari Rabu (8/5) telah mengeluarkan perintah eksekutif untuk memberikan sanksi kepada sektor baja, aluminium, tembaga dan besi Iran.

Terkait dengan itu, Departemen Keuangan AS telah mendesak perusahaan-perusahaan dan individu untuk sepenuhnya berhenti berurusan dengan Iran dalam bidang logam yang efektif berlaku 90 hari ke depan. Dalam sebuah pernyataan, Trump mengatakan bidang tersebut adalah sumber pendapatan non-minyak terbesar Teheran.

Sanksi-sanksi baru diperkirakan akan meningkatkan ketegangan antara kedua negara tersebut. Namun Trump mengatakan dirinya menantikan untuk bertemu dengan para pemimpin Iran guna mengupayakan sebuah kesepakatan baru.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berharap kesepakatan nuklir dapat diselamatkan setelah pengumuman Iran.

Di seluruh Eropa muncul kekhawatiran terkait perkembangan terbaru yang mengancam kesepakatan nuklir Iran. Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, mengatakan kepada BFMTV bahwa, tidak ada yang lebih buruk daripada Iran meninggalkan kesepakatan ini. Prancis sangat prihatin atas penarikan mundur Iran.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

Senada dengan Prancis, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengimbau agar Iran tetap mentaati perjanjian nuklir itu. Maas, menginginkan supaya Teheran tidak mundur dari kesepakatan nuklir Iran.

Di London, Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan: kesepakatan nuklir Iran adalah pencapaian paling penting dari diplomasi Barat – meskipun Rusia dan Cina adalah bagian dari negosiasi dan perjanjian tersebut.

“Jika Iran memenuhi komitmennya, kami akan menepati komitmen kami,” kata menteri luar negeri Inggris. Hunt juga mengatakan ada “jendela 60 hari” untuk menyelesaikan kebuntuan saat ini.

Dilansir Al Jazeera, Inggris menegaskan bahwa itu tidak mengubah posisinya. Inggris tetap mendukung kesepakatan nuklir itu, dan negara-negara Eropa masih terus bekerja mencari metode untuk menumbangkan sanksi AS.

Sebaliknya Rusia, langsung menyalahkan AS atas pengumuman Teheran. Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov setelah bertemu mitranya Javad Zarif di Moskwa mengatakan: sanksi AS yang menghentikan bisnis Barat yang beroperasi di Iran dan ekspor minyak Iran telah merusak semangat kesepakatan.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

“AS yang harus disalahkan atas situasi ini dan itu menyulitkan Iran untuk memenuhi kewajibannya dan….” kata Lavrov.

Dia menambahkan Kremlin dan Teheran setuju untuk terus bekerja dengan semua pihak penandatangan yang tersisa pada perjanjian untuk menghormati kewajibannya, bahkan jika AS tidak kembali ke meja perundingan.

Zarif bersikeras keputusan Iran untuk mundur sebagian dari ketentuan-ketentuan tertentu tidak melanggar perjanjian. Iran akan menjunjung tinggi kewajibannya jika para penandatangan Eropa tetap mendukung perjanjian itu. (Banyu)

Related Posts

1 of 3,060