NUSANTARANEWS.CO, Teheran – Iran gelar latihan pertahanan perbatasan di tengah konflik Nagorno-Karabakh. Pasukan Darat Angkatan Darat Iran dilaporkan melakukan latihan militer di daerah perbatasan barat laut negara itu pada hari Minggu (25/10). Latihan tersebut melibatkan infanteri, artileri, dan unit lapis baja, serta skuadron drone. Seperti dikutip Tasnim, Komandan Angkatan Darat Brigadir Jenderal Kiomars Heidari yang mengatakan bahwa latihan tersebut telah meningkatkan kemampuan pasukan dalam menjadi pasukan reaksi cepat.
Heidari memuji simulasi operasi militer yang dilaksanakan selama latihan perang untuk melatih taktik tempur baru, dan juga mengingatkan bahwa Pasukan Darat harus dapat bereaksi cepat terhadap kemungkinan tindakan agresi terhadap Republik Islam.
Sebelumnya Iran juga telah menggelar latihan militer bersandi Guardians of the Sky Velayat-99 pada Selasa (20/10). Latihan pertahanan udara ini melibatkan Angkatan Darat Iran dan Angkatan Udara bersama dengan Angkatan Udara Korps Pengawal Revolusi Islam IRGC dengan manuver mengkonsolidasikan kemampuan pertahanan udara Angkatan Bersenjata Iran dalam sebuah simulasi perang.
Peralatan perang generasi baru hasil produksi dalam negeri telah diterjunkan dalam latihan ini, termasuk melibatkan berbagai jenis pesawat tempur, pencegat, pembom, dan pesawat tak berawak.
Juru bicara militer Iran Abbas Farajpour mengatakan bahwa tujuan latihan perang adalah untuk “mencegah perambahan, agresi, atau perambahan di perbatasan udara negara” terutama di tengah konflik Nagorno-Karabakh yang melibatkan Armenia dan Azerbaijan, negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Iran.
“Meskipun sejumlah peluru yang ditembakkan dalam konflik Karabakh telah menyasar wilayah Iran, namun belum ada ancaman di sepanjang perbatasan dan tidak ada ancaman bagi negara,” kata jenderal itu.
Meski begitu, Kantor Berita Republik Islam, pada awal bulan mengutip laporan wakil gubernur provinsi Ardabil, Behrouz Nedaei bahwa di dekat perbatasan dengan Azerbaijan, sebuah pesawat tak berawak telah jatuh di wilayah provinsi itu.
Teheran sendiri secara diplomatik telah mengirimkan nota protes kepada Armenia dan Azerbaijan terkait dengan adanya rudal dan peluru nyasar yang masuk ke wilayah Iran, dan memperingatkan bahwa Iran akan menggunakan “tindakan lebih keras konflik terus meluas.
Seperti diketahui, konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun itu kini berkembang menjadi pertempuran besar-besaran pada 27 September, ketika Armenia dan Azerbaijan saling tuding menembakkan artileri, rudal, dan serangan udara di Nagorno-Karabakh, wilayah mayoritas Armenia, di mana ketegangan telah terjadi sejak 1988. Pada 1988, wilayah tersebut memproklamasikan kemerdekaan di setelah bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Antara tahun 1992 dan 1994, Yerevan dan Baku telah bertempur di wilayah itu dan menewaskan lebih dari 30.000 orang, menggusur sedikitnya 1,1 juta orang lainnya. Konflik masih berlangsung meskipun ada dua kesepakatan gencatan senjata antara Baku dan Yerevan yang dimediasi oleh Rusia pada awal Oktober. (Agus Setiawan)