Mancanegara

Ini Catatan Kelam Aksi Kejahatan Israel Pada 1949 Hingga 1981

kejahatan israel, tahun 1949, 1981, catatan kelam, aksi kejahatan, nusantaranews
Angkatan militer utama Israel. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Aksi kejahatan Israel membara pada tahun 1949 hingga 1981. Pada Februari 1949, semua warga Arab diusir secara paksa dari rumah mereka di desa Anan dan Kafr Yasif oleh angkatan militer utama zionis bernama Haganah. Angkatan bersenjata ini menjalankan perintah para pemimpin zionis di bawah operasi bernama Plan Dalet yang dirundingkan pada 1939.

Plan Dalet bekerja dalam jangka waktu yang sangat lama. Pada 1950, agen zionis melemparkan bom ke sebuah Sinagog di Baghdad Irak dan target Yahudi lainnya dalam rangka menekan kaum Yahudi agar bermigrasi ke Israel.

Pada 11 Juli 1953, patroli Israel melintasi garis demarkasi dan memasuki sebuah rumah di desa Khirbat-an-Najjar. Mereka melemparkan granat tangan ke sebuah rumah warga Palestina, menewaskan gadis berusia 8 tahun dan melukai ibunya. Granat tangan itu merobek perut sang gadis.

Pada 20 Agustus 1953, orang-orang Israel bersenjata menyerang kamp pengungsi UNRWA di Bureij, Jalur Gaza. Mereka melemparkan granat lewat jendela pondok dan memberondong pengungsi dengan tembakan, menewaskan 30 orang dan melukai 62 lainnya.

Pada 14 Oktober 1953, Desa Qibiya diserang oleh pasukan Israel, menewaskan 42 penduduk. Pada Juli 1954, kantor konsuler dan informasi Amerika dan Inggris di Kairo disabotase oleh agen Israel yang beroperasi di bawah Kementerian Pertahanan Israel.

Desember 1954, aksi pertama pembajakan udara dalam sejarah penerbangan sipil dilakukan oleh Israel saat sebuah maskapai sipil Suriah dipaksa turun di Tel Aviv di mana para penumpang dan krunya ditahan selama berhari-hari meski ada kecaman internasional.

Baca juga: Kisah Haganah dan Kejahatan Israel Pada Tahun 1939-1948

Pada 4-5 April 1956, Israel menembaki Gaza dengan mortar 120 mm, menewaskan 56 warga sipil Arab dan melukai 103 lainnya. Kemudian 11 Januari 1952–25 September 1956, Israel menjalankan penggerebekkan kasar terhadap desa-desa Arab, Beit Jala, Falame, Rantis, Qibiya, Nahalin, Bani Suhaila, Rahwa, Gharandal, Wadi Fukin (di Palestina and Suriah) dan kamp-kamp pengungsi di Bureij dan Gaza di Jalur Gaza, menewaskan 220 warga sipil Arab.

Pada 29 Oktober 1956, sebanyak 47 penduduk Arab, termasuk 7 anak-anak dan 9 wanita, dibantai oleh penjaga perbatasan Israel di desa Kufr Kassem. Para penjaga datang dan mengumumkan bahwa akan ada jam malam mulai pukul 17.00 sore itu. Sebagian besar orang bekerja di ladang dan tidak mengetahui jam malam tersebut. Saat mereka pulang di malam hari, mereka langsung ditembak.

Pada 3 November 1956, Kota Khan Yunis diduduki oleh tentara Israel. Sebanyak 275 orang dibunuh. Berikutnya, 12 November 1956 sebanyak 111 warga sipil dibunuh oleh pasukan Israel di kamp pengungsi Rafah.

Pada 6 Oktober 1959, Komisi Gabungan Gencatan Senjata Mesir-Israel mengecam Israel atas beberapa ratus orang Badui suku Azazmah dari Nagab. Kemudian 13 November 1960, pasukan Israel dalam skala besar, termasuk tank dan mobil lapis baja, menyerang desa Samu’, menghancurkan 125 rumah, satu sekolah, satu klinik, 15 rumah dihancurkan di sebuah desa lain, menewaskan total 18 orang dan melukai 54 lainnya.

Pada 195–1963, angkatan bersenjata Israel menyerang kamp-kamp pengungsian di Rafah dan desa-desa di Nuqeib, Rafat dan Shaikh Hueesin di Suriah dan Palestina, menewaskan 47 warga sipil.

Pada 6-8 Juni 1967, selama Perang Enam Hari, pasukan Israel menyerang USS Liberty, sebuah kapal penghimpun keterangan rahasia milik Angkatan Laut AS di lepas pantai Gaza, menewaskan 35 orang dan melukai 171 lainnya. Serangan itu bukan hanya disengaja, tapi Presiden Johnson menarik kembali penerbangan penyelamat Armada Keenam guna menghindari bentrokan antara AS dan Israel. Ini sudah terbukti. Aksi kooperatif ini dimaksudkan untuk mendorong rakyat Amerika agar mendukung Israel dalam perangnya melawan Mesir.

Baca Juga:  Militer Israel Kawal Aksi Pemukim Zionis Bakar Pemukiman Paletina di Tepi Barat

Temuan Penyelidikan Pengadilan Angkatan Laut AS Nomor 24 menyebutkan bahwa sejak serangan udara pertama, para penyerang (Angkatan Udara Israel) terkoordinasi, akurat dan tekun. Luncuran roket yang berlalu-lalang dan senapan mesin (meriam penembak cepat 30 mm) dari kedua haluan, kedua balok-silang kapal dan segala penjuru secara efektif memamah seluruh geladak atas yang mencakup kendali kapal dan jaringan komunikasi internal (bertenaga suara). Serangan udara awal yang diarahkan dengan baik telah menghapuskan kemampuan empat senapan mesin kaliber 50.

Kemudian pada 12 Juni 1967, sebanyak 400 keluarga diusir dari Moroccan Quarter di Yerusalem setelah tiga jam pemberitahuan untuk mengosongkan rumah mereka. Insiden serupa terjadi di Qalqilya.

Berikutnya, 12 Juni 1967, Desa Beit Nuba, Yalu dan Amwas diratakan dengan tanah setelah pengusiran penduduk secara paksa.

Bulan Juni-Juli 1967, selama perang Juni 1967, pasukan Israel secara sengaja menyerang staf UNEF asal India dalam 5 kesempatan, menewaskan 11 orang dan melukai 24 lainnya. Sekjen PBB melaporkan bahwa pasukan Israel juga menganiaya petugas UNEF dan merampas harta mereka.

Bulan Juni hingga Desember 1967, sebagai akibat dari perang Juni 1967 lebih dari 400.000 warga Arab Palestina yang tinggal di Gaza dan Tepi Barat dan lebih dari 100.000 warga Palestina dan Suriah yang tinggal di area Kuneitra diambil rumahnya dan tidak diperbolehkan pulang selagi area tersebut di bawah pendudukan Israel.

Pada 11 Juni 1967–Juni 1974, pasukan Israel menghancurkan 19.000 rumah warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza, yang setara dengan 380 desa dan kota, hampir sama dengan jumlah yang dihancurkan sebelumnya di periode 1948-1950.

Pada 28 Desember 1968, satuan komando Israel bertransportasi helikopter menyerang bandara sipil Beirut dan menghancurkan 13 pesawat sipil, menimbulkan kerusakan senilai 22 juta poundsterling.

Pada 4 September 1967, 29 September 1967, 8 Juli 1968, 8 September 1968 dan 11 Mei 1969, Artileri Israel menembaki area-area pemukiman di Ismail, Suez dan Port Said. Pemerintah Mesir mengumumkan bahwa 600 orang tewas dan 1000 lainnya terluka di Ismail sejak perang Juni 1967.

Pada 12 Februari 1970, pesawat-pesawat Israel mengebom sebuah pabrik dekat Abu Zabaal Mesir, menewaskan 70 pekerja sipil dan melukai 98 lainnya. Berikutnya 31 Maret 1971, pesawat-pesawat Israel mengebom kota Mansoura di Delta Nil, menewaskan 12 warga sipil dan melukai 35 lainnya.

Pada 8 April 1970, pesawat-pesawat Israel mengebom sekolah Bahr al-Baqr di provinsi Sharkia, 80 kilometer utara Kairo, menewaskan 46 anak sekolah. Kemudian, 11 Maret 1971, sebanyak 34 keluarga dari Jalur Gaza diusir ke Abu Zuneimadi Gurun Sinai.

Berikutnya 1 Agustus 1971, otoritas pendudukan militer Israel di Jalur Gaza memulai pembongkaran rumah dan kampanye teror yang dirancang untuk memaksa 400.000 pengungsi Palestina di Jalur tersebut pergi.

Pada 28 April 1972, sebuah pesawat Piper Israel terbang di atas desa Arab, Akraba, menyemprotkan defolian/perontok kimiawi ke atas panen gandum miliki penduduk. Sebelumnya, Tentara Israel menyita paksa 100.000 dunum tanah bercocok-tanam. Pada Mei 1971, penduduk desa diminta menjual tanah yang tersisa. Saat mereka menolak, panen mereka dimusnahkan.

Pada 8 Juli 1972, Ghassan Kanafani, novelis dan editor Palestina tewas di Beirut ketika sebuah bom yang ditanam oleh agen Israel meledak di mobilnya. Turut tewas adalah keponakannya yang berusia 16 tahun.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Pada 18 Juli 1972, Emile Khayyat, pegawai Bank Rif di Beirut, terluka serius saat sebuah bom surat yang dikirim oleh cabang teroris Zionis, Mossad, meledak di wajahnya.

Pada 19 Juli 1972, dalam insiden serupa dr Anis Sayegh menderita luka serius pada tangan dan matanya di Beirut. Selanjutnya 25 Juli 1972, Bassam Abu Sharif, penulis muda Palestina di Beirut, terluka serius saat bom buku meledak.

Bulan November 1967 hingga September 1972, lebih dari 1500 warga sipil tewas dalam serangan Israel terhadap warga sipil Arab di desa-desa dan kamp-kamp pengungsi di Palestina, Yordania, Suriah, Libanon dan Mesir.

Pada 1 Maret 1972, 9 Maret 1972 dan 8 September 1972, Israel menjalankan serangan terhadap area-area sipil di Suriah seperti Hamma dan Maysaloun. Berikutnya 12 September 1972, tiga anak tewas di sebuah rumah sakit Libanon akibat luka yang diderita dalam serangan pesawat Israel terhadap kamp pengungsi Palestina, Annahr Al-Barid, merenggut nyawa total 13 orang dari kamp ini saja.

Pada 14 September 1972, seorang akuntan Los Angeles, Mohammed Shaath, terluka bersama salah seorang anaknya saat sebuah bom yang ditanam oleh agen Israel meledak di rumahnya. Kemudian 16 September 1972, pasukan lapis baja Israel menyerang selatan Libanon, menarik diri setelah menghancurkan banyak rumah dan menjarah dalam skala besar.

Pada 17 September 1972, sebuah tank Israel secara sengaja melindas taksi di selatan Libanon, melumatkan 9 penumpangnya. Bulan Februari 1973, penembakan jatuh pertama sebuah maskapai sipil dilakukan oleh Israel saat sebuah maskapai Libya ditembak jatuh oleh jet temput Israel di atas Sinai atas perintah langsung dari Perdana Menteri Israel, Golda Meir, menewaskan seluruh 107 penumpangnya dan semua kru Prancis.

Pada 3 Januari 1970, 22 Mei 1970, 27 Februari 1972, 8 September 1972 dan 17 September 1972, Israel menyerang desa-desa dan kamp-kamp pengungsi Arab di selatan Libanon. Berikutnya 4 Oktober 1972, Librairie Palestine, Paris, rusak oleh bom. Tanggung jawab diklaim oleh Masada Movement for Action and Defense, sebuah organisasi pelajar.

Pada 16 Oktober 1972, Wael Zuaiter, akademisi dan seniman Palestina, diberondong tembakan oleh Mossad di jalan masuk apartemennya di Roma. Pada 25 Oktober 1972, Ahmad Wafi, cendekiawan Palestina, terluka serius di Aljazair oleh bom surat Israel.

Pada 25 Oktober 1972, Mustafa Awad Zaid mengalami kebutaan dan kelumpuhan di Tripoli dan dua orang Libya yang sedang lewat terluka saat dia membuka sebuah bom surat. Dan 26 Oktober 1972, dua pegawai Bank Import-Export di Beirut terluka serius saat sebuah bom surat meledak.

Kemudian 26 Oktober 1972, seorang perwira polisi Mesir yang mengecek tiga surat mencurigakan terluka saat surat-surat itu meledak. Berikutnya 29 November 1972, Omar Sufan, perwakilan Bulan Sabit Merah di Stockholm, kehilangan jari-jarinya saat sebuah bom surat meledak.

Pada 29 November 1972, Adnan Hammad, pemimpin pelajar Palestina, terluka serius di Jerman dan diketemukan bersama sebuah bom surat. Dan 30 November 1972, Ahmed Awadallah, pemimpin pelajar Palestina di Kopenhagen, kehilangan lengannya saat bom surat yang dikirim Mossad meledak.

Bulan Juli 1967 hingga Desember 1972, angkatan bersenjata Israel, dalam aksi penghukuman dan pembalasan kolektif, meledakkan atau membuldoser lebih dari 10.000 rumah warga sipil Arab di Gaza dan Tepi Barat.

Baca Juga:  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

Pada 8 Desember 1972, Mahmoud Hamshari, pemimpin dan cendekiawan Palestina, kehilangan kaki dan kemudian mati, pada 8 Januari, saat bom elektronik yang dipasang oleh Mossad meledak di rumahnya di Paris. Aharon Yariv (mantan Menteri Informasi Israel) mengawasi eksekusi operasi itu, sebab dia ditugasi operasi khusus yang diarahkan kepada orang-orang Palestina.

Selanjutnya 25 Januari 1973, Hussein Abul Kheir tewas di Siprus saat sebuah bom meledak di kamar hotelnya. Dan 21 Februari 1973, pelosok paling utara Libanon diinvasi oleh pasukan udara dan kapal Israel, menyebabkan kematian 40 warga sipil Arab.

Pada 22 Februari 1973, sebuah maskapai sipil Libya ditembak jatuh oleh pesawat tempur Israel di atas Sinai, menewaskan 106 penumpang dan kru. Kemudian 6 April 1973, dr Bassel Kubaissy, profesor ilmu politik asal Irak, diberondong tembakan dan tewas di sebuah jalanan Paris oleh pasukan khusus Israel.

Pada 10 April 1973, pemimpin-pemimpin Palestina, Muhammad Yussuf Najjar, Ny. Najjar, Kamal Adwan dan Kamal Nasser diberondong tembakan dan tewas di rumah mereka di Beirut oleh pasukan khusus dan skuat teror Israel.

Pada 2 Mei 1973, Ny Nada Yashruti, pemimpin feminis Palestina dan ibu dua orang anak disergap tiba-tiba oleh tiga agen Israel bersenapan mesin di jalan masuk apartemennya dan tewas. Tanggal 29 Juni 1973, Mohammed Boudaiah, penyair Aljazair dan sahabat bangsa Palestina, tewas saat bom yang dipasang Israel meledak di mobilnya di Paris.

Tanggal 21 Juli 1973, Ahmed Bouchiki diberondong tembakan oleh agen Israel di Oslo. Israel mengaku bertanggung jawab atas kejahatan ini, yang disusul oleh panggilan pengadilan. Dalam penuntutan, terungkap informasi yang menghubungkan para pembunuh Israel itu dengan pembunuhan Zuaiter, Hamshari, dan pemimpin dan cendekiawan Palestina lainnya yang dibunuh di Eropa.

Pada 12 April 1974, Pasukan Israel menyerang desa-desa Libanon, menewaskan 2 warga sipil, menghancurkan 31 rumah dan menculik 13 orang. Tanggal 13 Mei 1974, pesawat-pesawat Israel menyerang Libanon, menewaskan 4 warga sipil.

Tanggal 16 Mei 1974, pesawat-pesawat Israel menyerang dan membombardir kamp-kamp pengungsi di Libanon, menewaskan 50 warga sipil dan melukai 200 lainnya di kamp pengungsi Nabatiyeh dan Ein-el-Helweh. Kamp Nabatiyeh musnah total.

Pada 19 Mei 1974, satuan angkatan laut Israel membombardir kamp pengungsi Rashidiyeh, menewaskan 8 warga sipil. Tanggal 22 Mei 1974, pesawat-pesawat Israel mengebom kamp-kamp pengungsi di Libanon, melukai 2 warga sipil dan menghancurkan tak terhitung banyak rumah.

Pada 20 Juni 1974, pesawat-pesawat Israel mengebom kamp-kamp pengungsi di Libanon, menewaskan 10 warga sipil dan melukai ratusan lainnya. Tanggal 8 Juli 1974, satuan angkatan laut Israel menyerang Tyre dan Saida, menenggelamkan 21 perahu penangkap ikan.

Pada 7 Agustus 1974, pesawat-pesawat Israel mengebom desa-desa di selatan Libanon. Tanggal 13 Agustus 1974, kapal-kapal angkatan laut Israel menembaki kamp-kamp pengungsi, menewaskan 1 warga sipil dan melukai enam lainnya.

Kemudian pada 25 Agustus 1974, Pasukan Israel menembaki desa-desa di selatan Libanon. Tanggal 24 September 1974, Pasukan Israel menembaki desa-desa di selatan Libanon.

Bulan September 1981, bom mobil mulai rutin menteror Muslim Beirut Barat sebagai strategi untuk mengusir PLO dari Libanon. Mossad mensponsori pembantaian tersebut.

Berikutnya pada 1981, serangan udara Israel di Libanon menewaskan 20 warga sipil di area pemukiman Saida, 150 di Fakhani dan 150 di area Universitas Arab Beirut.

(ags/eda)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,049