EkonomiTerbaru

Industri Manufaktur Indonesia Sudah Separuh Nafas

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil Indonesia menuju ke jurang keterpurukannya karena terus anjlok dari capaian-capaian tahun sebelumnya. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil di kuartal II-2017 hanya sebesar 2,5 persen. Angka tersebut sangat memprihatinkan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mampu mencapai 6,56 persen.

Padahal, ekonom senior Indonesia Faisal Basri pernah menyebut bahwa pengembangan industri manufaktur adalah solusi untuk menyelesaikan persoalan ekonomi Indonesia. Menurutnya, jika industri manufaktur maju niscaya akan berdampak luas pada perdagangan, penyerapan tenaga kerja, perpajakan dan pertanian.

“Sejak jaman kolonial hingga sekarang, Indonesia harus berpuas sebagai negara pengekspor bahan mentah. Sektor industri tidak pernah berkembang dan tidak pernah sanggup mengatasi ketergantungan bangsa Indonesia terhadap produk impor. Bahkan, sejak neoliberalisme kian massif di Indonesia, Industri manufaktur yang sudah setengah nafas, itu pun kian hancur. Dan secara perlahan daya beli masyarakat pun terjun bebas,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM) Bin Firman Tresnadi kepada redaksi, Jakarta, Minggu (12/11).

Baca Juga:  KPK Tetapkan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Tersangka Korupsi, AMI Gelar Santunan Anak Yatim

Adapun pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang (IBS) pada kuartal II 2017 hanya sebesar 3,89 persen. Angka ini anjlok dari periode yang sama tahun lalu yang masih berada di angka 4,87 persen. Kemudian pada kuartal III/2017 tumbuh menjadi 5,51 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Sekadar perbandingan, pada kurun waktu 1990-1996, industri manufaktur Indonesia tercatat pernah berjaya. Ketika itu, sektor manufaktur Indonesia tumbuh rata-rata 11 persen. Bank Dunia mengakui angka tersebut sangat tinggi.

“Indonesia belum punya cetak biru industri nasional yang mengaitkan semua sektor untuk mendukung industri yang akan dikembangkan. Justru sebaliknya yang terjadi, pemerintah yang bermental inlander ini cukup puas menjadi pengekspor bahan mentah. Padahal, basis industrialisasi nasional kita adalah industri yang berbasis pada pengolahan sumber daya alam kita. Pembangunan ekonomi ini tidak jelas mau mengarah ke mana,” papar Bin Firman. (red)

Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews

Related Posts

1 of 24