Politik

Indonesia-Arab Saudi Harus Cari Solusi Redam Konflik di Negara-Negara Muslim dan Terorisme

NUSANTARANEWS.CO – Gegap gempita menyambut kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia begitu kental terasa. Bagaimana tidak, kunjungan ini sangat bersejarah karena kali pertama sejak tahun 1970 silam.

Raja Salman dijadwalkan tiba di Indonesia pada Rabu (1/3/2017) untuk memenuhi undangan dari Presiden Joko Widodo. Kunjungan Raja Arab disebut sebagai upaya untuk meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Arab Saudi.

Pemerintah sendiri berharap menuai keuntungan dari kunjungan Raja Salman, utamanya agar bisa meningkatkan investasi asing ke Indonesia. Hal lain yang tak kalah menariknya ialah kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi soal promosi Islam moderat melalui dakwah dan pertukaran ulama.

Tak lupa pula, Arab Saudi berniat kerjasama dengan Indonesia dalam pemberantasan terorisme, salah satunya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

“Sebagai negara demokrasi dapat memanfaatkan kunjungan ini untuk membicarakan peran Indonesia dan Arab Saudi dalam meredakan ketegangan konflik di negara-negara muslim serta memberi kontribusi bagi solusi terhadap ancaman terorisme, khususnya menekan paham-paham radikal,” ujar pengamat intelijen dan militer Susaningtyas Kertopati kepada redaksi, Selasa (28/2/2017).

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menangi Pilpres Satu Putaran

Duta Besar Arab Saudi Osama Mohammad Abdullah Alshuaibi mengatakan Arab Saudi akan bekerjasama di bidang pemberantasan terorisme dengan saling bertukar data dan pengalaman sehingga Arab Saudi bisa turut andil mengalahkan teroris.

“Tentu saja program deradikalisasi dapat memanfaatkan kerjasama dengan Arab Saudi dengan melakukan bench marking sistem and mekanisme yang dilakukan Arab Saudi selama ini sehingga mereka dianggap sukses,” papar dia.

Selain itu, kerjasama memberantas terorisme dan radikalisasi antara Indonesia-Arab Saudi juga harus dilakukan secara spesifik. “Arab Saudi dan RI juga seyogyanya serta merta dapat menjalin kerjasama hadapi perang proxy yang gunakan sentimen agama yang bisa membangkitkan konflik horisontal,” pungkasnya.

Penulis: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 436