KhazanahPolitik

Indikator Kekeroposan Pilar Demokrasi Indonesia

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Direktur Institute Soekarno-Hatta, M Hatta Taliwang menegaskan bahwa demokrasi itu hanya akan tumbuh baik bila pilar-pilarnya kuat. Berdasarkan apa yang ia ketahui, pilar demokrasi yang dimaksud itu ada lima pilar, diantaranya adalah partai politik.

“Kalau parpol memble karena sistemnya buruk, maka Demokrasi ikut memble. Karena kader bangsa di legislatif yang dilahirkan oleh parpol tidak digodok dengan baik misalnya, nepotis, KKN, setoran dan lain-lain,” ungkap Hatta Taliwang.

Pilar berikutnya adalah penegak Hukum. Termasuk dalam pilar ini adalah Polisi, Jaksa, Hakim, KPK Pengacara dan seterusnya. Menurut Hatta Taliwang, kalau aparat hukum dan penegakan hukum busuk, maka Demokrasi akan pun busuk juga.

Pilar ketiga yang tak kalah penting adalah kampus/civitas academica. Di dalamnya ada dosen,  mahasiswa. “Kalau pilar ini rapuh, tidak peduli pada lingkungan sosial politik. Egois hanya urus diri masing masing, maka Demokrasi jadi demam, sakit meriang,” sambungnya.

Keberadaan tokoh masyarakat juga menjadi kunci sebagai pilar demokrasi. Dirinya menyebut, tokoh agama, ormas, tokoh intelektual dan LSM memiliki peran besar dalam menciptakan iklim demokrasi yang sehat.

Baca Juga:  DPC PDIP Nunukan Buka Penjaringan Bakal Calon Kepala Daerah Untuk Pilkada Serentak 2024

“Kalau pilar ini menjadi penyembah penguasa, tebar puja-puji ke penguasa dan hanya ingin dapat belas kasihan atau sedekah penguasa, maka Demokrasi menjadi loyo, sedih, pilu, merana dan tak bisa tegak kepalanya di depan rakyat,” tegasnya.

Dan pilar yang terakhir, yakni pilar kelima adalah pers/media massa. Hatta Taliwang berkisah, dulu almarhum Mahbub Djunaidi tokoh pers era 60/70an selalu berharap agar pers bisa jadi pilar demokrasi yang kuat.

“Kalau beliau masih hidup dan melihat pers yang sangat pertisan, memuja pemodal, mencium mesra penguasa, menghitamkan yang putih, mencitrakan monyet sebagai dewa suci dan lain-lain, maka  Mahbub Djunaidi akan stroke langsung. Demokrasi telah terkapar. Masih lumayan sekarang ada media sosial yang tak pernah terpikir oleh almarhum Mahbub,” ujar Hatta.

Meskipun, dalam hal ini, kata Hatta Taliwang menyebut medsos pun dalam ancaman UU ITE. “Silakan menilai bagaimana kondisi pilar demokrasi kita. Itulah juga indikator demokrasi kita akan sehat atau malah akan teler?” terangnya.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Resmikan Pemanfaatan Sumur Bor

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 4