NUSANTARANEWS.CO – Dewasa ini, industri pertahanan tampaknya semakin laris manis di pasar internasional. Pertahanan dan kedaulatan negara adalah harga mati bagi semua negara di dunia. Doktrin ini kemudian membuat negara-negara di dunia memperkuat basis pertahanannya dengan beragam alutsista canggih berteknologi mutakhir.
Situasi dunia tampaknya semakin gamang dan tak menentu. Krisis ekonomi global perlahan tapi pasti mulai meruntuhkan pranata sosial yang lama untuk beralih pada bentuk dan tatanan baru. Dan dalam situasi batas ini, ancaman konflik bisa datang dari sudut manapun. Sehingga, banyak negara semakin memperkuat pertahannya, termasuk India.
Departemen Luar Negeri AS memperkirakan India memiliki jumlah tentara terbesar kedua (1,41 juta) setelah China (2,37 juta). Urutan ketiga dan keempat masing-masing ditempati Amerika Serikat dan Korea Utara. Tapi, untuk urusan kecanggihan alutsista, tampaknya Rusia lebih jago, termasuk Amerika Serikat. Sehingga, persaingan industri pertahanan semakin ketat berlomba-lomba menciptakan teknologi terbaru.
Saat ini, India terus memperkuat pertahaannya menyusul kebuntuan di perbatasan Himalaya. Pasukan militer India dan China telah berkali-kali bentrok dan berkelahi di perbatasan Sikkim dan Doklam. Di sudut lain, Pakistan semakin mengancam pertahanan India. Sementara Chinda dan Pakistan kini tampil sebagai aliansi bersama guna menghadapi India.
- Hadapi India, China dan Pakistan Pamer Aliansi Angkatan Udara
- Nag Missile, Rudal Anti-Tank Produk India
- India Mulai Produksi Hawk Mk-132 Versi Tempur
- India Tambah Jet Tempur Multirole Dassault Rafale
- India Beli 6 Heli Serang AH-64 Apache Versi Terbaru
- India Masuk Perangkap Cina di Doklam
New Delhi, kini sedang menyelesaikan pengaturan logistik untuk skuadron tempur Rafale yang dilengkapo skuadron Angkatan Udara untuk ditempatkan di dua pangkalan udara yang berbeda. Dua pangkalan udara itu berjarak sangat jauh dari markas Angkatan Udara India yang memang sengaja dipersiapkan untuk menjaga kemungkinan serangan kedua tetangganya yakni China dan Pakistan. Jika diserang, India memastikan skuadron tempur Rafale bisa langsung membalas dalam jangka waktu kurang dari 180 detik.
India memang benar-benar tengah merasa terancam oleh China dan Pakistan. Tekanan tersebut membuat New Delhi bergerak cepat menempatkan kekuatan basis udara dengan jet tempur Perancis, Rafale yang pada 2019 mendatang sudah sangat siap dioperasikan.
- Babak Baru Konflik Perbatasan India-Cina
- India Merasa Terkepung Oleh Inisiatif Belt Road Cina
- Penyelesaian Konflik India-Cina Menemui Jalan Buntu
Basis yang dipilih berada dalam jangkauan sangat dekat dari China dan Pakistan di perbatasan. Sumber-sumber pertahanan mengatakan kepada Sputnik bahwa skuadron pertama Rafale Dassault Aviation akan ditempatkan di markas Ambala IAF di negara bagian barat Punjab sementara skuadron kedua akan berbasis di pangkalan Hasimara di negara bagian timur Bengal Barat.
Yadong, China kurang dari 100 kilometer dari Hasimara sementara Angkatan Udara India dapat mencapai bagian lain dari Tibet Selatan melalui Airspace Bhutan dalam waktu empat menit.
Satu skuadron Rafale akan terdiri dari 18 jet tempur. Angkatan Udara India telah melakukan kontrak dengan produsen Perancis Dassault Aviation untuk 36 Rafale dengan biaya 7,8 miliar Euro tahun lalu.
“Pabrikan Perancis dan tim India telah mengunjungi pangkalan udara beberapa hari yang lalu dan memberikan bentuk akhir pada persyaratan termasuk hanggar. Semua fasilitas untuk skuadron Rafale akan siap pada akhir tahun,” kata sumber pertahanan.
Dassault Aviation akan segera memberikan pelatihan kepada pilot dan teknisi Angkatan Udara India. Diketahui, pemerintah India telah mengalokasikan sekitar 35 juta dolar untuk hanggar, fasilitas perawatan dan persyaratan lainnya untuk Rafale di pangkalan udara. (ed)
(Editor: Eriec Dieda)