Ekonomi

Impor Migas Nasional Lebih Dominan Nilai Impornya Dibanding Volume Impor

Tata Kelola Migas di Indonesia (Ilustrasi)/Foto: Dok. EnergyToday.com
Tata Kelola Migas di Indonesia (Ilustrasi)/Foto: Dok. EnergyToday.com

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid A mencermati bahwa selama ini tren yang berkembang soal impor migas nasional ternyata lebih dominan nilai impornya dibanding dengan volume impor itu sendiri.

“Perkembangan impor migas ini lebih dominan pada nilai impornya ketimbang volume impornya,” kata Tauhi A dalam diskusi online bertajuk Problem Defisit Migas dan PR ke Depan yang diadakan INDEF, pada Minggu (28/7/2019).

Hal itu lanjut dia, tampak terlihat pada volume impor, dimana tetap pada angka 49-50 juta ton di periode 2013 hingga 2018. Namun nilai impornya sangat bervariasi dimana pada tahun 2013, nilai impor berada pada 45,26 milyar US$ menjadi 29,8 milyar US$ tahun 2018.

“Ini artinya bahwa faktor harga minyak mentah (USD/barrel) dan nilai tukar rupiah terhadap US$ menjadi faktor penentu naik turunnya nilai impor yang pada gilirannya menjadi faktor penentu defisit migas dapat melonjak naik maupun turun,” jelasnya.

Dengan demikian kata Tauhid, apabila pada tahun 2019 diproyeksikan harga minyak mentah hanya bergeser sebesar 66-67 US$/barrel dengan volume impor yang stabil pada kisaran 50 juta ton, maka nilai impor migas pada tahun 2019 akan mencapai 47-48 miliar US$ atau naik sedikit dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 47,04 miliar US$.

Baca Juga:  Sekda Nunukan Hadiri Sosialisasi dan Literasi Keuangan Bankaltimtara dan OJK di Krayan

Dirinya menjelaskan defisit migas pada dasarnya tidak bisa dihindari oleh Indonesia, manakala kebutuhan migas jauh lebih tinggi dibandingkan produksi, khususnya sejak tahun 2008 hingga saat ini.

Puncaknya pada tahun 2014 lalu, dimana defisit migas mencapai 13,4 miliar US$ dan pada Januari-Juni 2019, defisit tersebut mencapai 4,78 milyar US$.

“Jumlah periode ini dibandingkan dengan periode Januari-Juni 2018 yang sebesar 5,61 miliar US$ atau telah turun 14,88%. Meski demikian, melihat perkiraan kebutuhan bulanan yang besar maka diperkirakan defisit migas hingga akhir tahun 2019 akan tembuh di atas 10 miliar US$,” tandasnya.

Pewarta: Romandhon
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,142