IKRAR PENGANTIN
lelaki …
bila kau menyuntingku
itu bukan cuma peristiwa bercinta kau aku
itu tidak cuma karena aku wanita kudu
menikah, dan di dalam rumah menunggu
aku membutuhkanmu lantaran mencintaimu
aku mencintaimu tersebab kehidupan kudu
berjalan ke arah surga
kau aku menjadi imam makmum
dalam seluruh sembahyang usia yang
penuh kasih sayang
perempuan …
bila aku menyuntingmu
itu bukan cuma peristiwa bercinta kau aku
itu tidak cuma karena aku pria kudu
kawin, dan membangun rumah
aku mencintaimu tersebab cinta itu sendiri perantara
pria dan wanita demi melahirkan anak-anak kehidupan
hingga kau aku akan abadi dalam perubahan
belajar mengajar yang tiada akhir
hingga tak hingga
pengantinku …
mari kau aku saling
dalam kesalingan sehingga
yang maha cinta memahkotai
cinta kau aku
(semesta mengamini doa melati yang
merekah dari keindahan hati)
ALANG-ALANG
Alang-alang basah oleh darah
Tak di taman tak di hutan
Alang-alang akan terus tumbuh
Tak kemarau tak penghujan
Alang-alang nusuk sepatu serdadu
Alang-alang merambati tembok istana
Alang-alang menyilet jidat rektorat
Alang-alang berdansa, jalanan berbatu
Kepala-kepala batu
Tangan-tangan batu
Di kampus dan jalanan terbuka
Udara mabuk candu kekuasaan sang Raja
Bumi telah pagi
Dan akan bangun tegak
Di tanah pertiwi
Kenapa langit bagai tombak?
Di ujung jalan buntu
Segerombolan penyamun teriak
“Hiduplah demokrasi negeri!”
Kemarin mereka mengecu
Atas nama bangsa yang gemah-ripah lohjinawi
Membunuh, sembari bersenyum gigi
Di tangga-tangga parlemen
Sekelompok Tuan Hipokrisi
Memainkan tongkat pesulap
“Jangan sentimen
Apalagi apriori
Kami akan ciptakan demokrasi kelas kakap!”
Kata mereka
Maka
Sayup-sayup di antara
Gubuk-gubuk orang ungsian
Nyanyi pasemon bocah entah buat siapa
“Esok tempe, Mas, sore tahu
Kemarin dukung rame-rame, Mas,
Esok bantai bahu-membahu”
Di tengah sawah
Holobis kuntul baris
Kita kini rakyat yang lelah
Kita kini bangsa yang sangsi
Oleh teka-teki yang bukan nasib
Oleh air liur politisi
Yang batin mendengkur
Jika petinggi dan politisi ngelindur
Demokrasi pelangi tak akan meluncur
Jalan-jalan, pohon, riuh-redam
Orang-orang mengasah saling dendam
Alang-alang basah oleh darah
Tak di taman tak di hutan
Alang-alang akan tambah tumbuh
Tak peduli irigasi, tak hirau kemarau
Alang-alang di pundak mahasiswa
Jadilah bendera
Alang-alang mengakar di tangan rakyat semesta
Menjelma senjata
Alang-alang merupa pena tajam, menari-nari
Di kubah parlemen
Tatkala orang-orang dalamnya sentimen
Tak bicara, dan tanpa cahaya
Tak taktik bersama batin samodra
Tak merekam desir alang-alang
Yang nyanyikan hening dalam sembah
Hyang
Siang membara, Indonesia
Di lingkar khatulistiwa
Kita orang semua bersaudara
Tak tahankan lagi derita dan nestapa
Tanah basah embun, kemarin hijau zamrud
Telah terengah, gersang dan kian kalut
Darah mengalir air
Membentur batu-batu
Air mengalir airmata
Membentur batu-batu
Airmata mengalir samodra
Mengusung alang-alang
Ke tiap tidur dan jaga
Kita
Bismillah, Indonesia
Alang-alang itu tanpa pernah penat
Dialah hatinurani rakyat
Pohonkan jangan terlewat
Jika tak ingin tersengat
DIA DATANG DARI DATANG
dia datang dari datang
yang tak harap dan pengharapan
lekat lewat mimpi fajar
ngurai kekaguman pagi
matahari nyata di mana-mana
dua makhluk khusuk
tetesi embun paling akhir
bunga setaman berkembang
atau justru mati
kembali pada datang mula
dia datang dari datang
tak yakin hilang
sebab ia rahmat
sebab dia kodrat
takdir atasmu atasku
dia datang dari datang
segala tahu segala sembunyi
hidup ini dua jalur
satu lurus terputus
lain liku dan indah
yang satu lepas tuntas
hidup pengembaraan nuju pintu-Nya
yang lain sebagai
makmum dan imam dalam sembahyang
lihat!
aku doa untuk
dia datang dari datang
yang tak harap dan pengharapan
bunga taman berkembang dan
alam adalah sketsa peribadatan
CERMIN
aku tidak lagi melihatmu
berjalan di trotoar dengan you can see
aroma parfum merangsang fantasi lelaki
terakhir malam itu kamu berjibaku
aku tidak lagi melihatmu
bertato kupukupu di lehermu
duduk bersebrangan dengan bocah puber pertama
bicara rasa lewat sms birahi di tatap mata
aku tidak lagi melihatmu
merayu mahasiswamu yang baru tingkat satu
saling ngefleks seperti odipus complex
hingga kamu lupa lahir dari rahim siapa
aku tidak lagi melihatmu
wajah bagai remaja limabelasan
dari belakang lelaki hidungbelang
jumpalitan bagai belalang
tetapi
aku memandangmu
dari semua arah kamu datang
dari segala lenggang kamu berpulang
kamu bercermin kemana pergi
di subuh hari kamu terbangun
setelah berterimakasih kepada kekasih
kamu langsung bercermin
di dapur kamu memasak sambari bercermin
di depan kamu berjalan menuju kampus bercermin
di belakang kamu berjalan bagai tarian bercermin
di samping kanankirimu bergoyanggoyang bercermin
tetapi aku memandangmu heran takjub
mengapa seluruh dirimu sekarang
menjelma menjadi cermin hingga
dari belakang lelaki hidungbelang
jumpalitan bagai belalang wirang
tampaklah wajah mereka
wajahku yang
telah kehilangan
cermin
yogyakarta, 29 januari 2016
Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Achid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan sekarang sedang studi Program Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo.
Buku-buku karya Achid : (1) Buku puisi, Rumah Cahaya (1995). (2) Buku esai, Sastra Melawan Slogan (2000). (3) Buku kajian sastra, Religiositas Alam : dari Surealisme ke Spiritualisme D. Zawawi Imron (2002). (4) Buku puisi, Ijinkan Aku Mencintaimu (2002). (5) Buku puisi, Tunjammu Kekasih (2003). (6) Buku puisi, Beribu Rindu Kekasihku (2004). (7) Buku kajian sastra, Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A. Mustofa Bisri (2005). (8) Buku esai, Sastra Pencerahan (2005). (9) Buku kajian sastra dan tasawuf, Gandrung Cinta (2008). (10) Buku kajian sastra, Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D. Zawawi Imron(2009). (11) Buku puisi, Yang (2011). (12) Buku puisi, Kepayang (2012). (13) Buku puisi, Hyang (2014).
Website: www.wachid.8m.com; E-mail: [email protected] dan [email protected]; Twitter @abdulwachidbs; Facebook: www.facebook.com/abdulwachidbs
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].